Pada sabtu yang mundur dua langkah Ingin ku kekalkan rasa pedas di pengecapmu Mencumbu langit langitnya Dan merayunya tanpa ampun Pada sabtu yang mund
Dibalik tebalnya maskasra Yang bernaung pada kelopak mataku Kutenggelamkan tatap murungku Layaknya katak yang terjebak dalam tempurung Menghitung deng
Adalah kamu yang kupuisikan bersama senja Yang ku-renta-kan dengan usiaku Dan kamu adalah kenangan yang Tak akan terbunuh oleh waktu : kecuali
Aku merindukanmuTanpa ungkapan sebab akibatSeperti pahitnya kopi yang tak tergugat manis gulaHitamnya pekat lekat meski berbaur dengan warna gula*Rind
Peserta 104 Oleh :Inem Ga Seksi Kekasihku, kemarilah Cumbulah aku yang semakin renta Ijinkan aku lebih lama berbaring dalam dekapmu Mendengar d
No Peserta 104 Selembar bendera, teronggok kumal Tak ada warna terbaca Kecuali putihnya yang kumal Dan merahnya yang lusuh *** Se
dari pijaran api yang membakar sepotong kayu membumihanguskanya tanpa ampun dan mengurainya menjadi abu lalu angin yang entah sepoi entah badai
Tentang rindu yang patah hati hanya mampu dijelaskan dari seberapa deras gerimis airmata yang menganak sungai meleleh mengalir menyusuri pipi ***
[caption id="attachment_419730" align="aligncenter" width="580" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas Image)"][/caption] Ada banyak mulut-mulut terng
Ini tentang satu, Yang berkarat termakan waktu Ini tentang satu, Kepadanya tak pernah ada lagi tiup lilin atau sapa rayu Ini tentang satu, Masa l
Pengkhianatku, kemarilah Mari duduk bersisian dengan hatiku yang pilu Sebelum kau lanjutkan lagi rencana khianatmu Setidaknya sadarilah dulu hal-ha
Permisi, Perkenalkan namaku adalah rindu, Aku tidak bertuan Juga tidak beralamat * Permisi, Perkenalkan namaku adalah rindu Dulu
Aku namai kedua bola matamu, dengan cinta Aku namai sepasang alismu yang berjauhan, dengan cinta Aku namai amarahmu yang menggelegak, dengan cint
Aku, Drupadi Yang terlahir karena angkara seorang ayah Aku, Drupadi Yang merelakan dirinya terkungkung rapat Pada jeruji norma anak pada ibunya A
Aku agak kesulitan menemukan secuil kebaikan Di antara hari-hari yang berjalan dengan tidak baik Entah itu, Sebuah ucapan terima kasih Sebuah ucap
aku melamarmu negeriku dengan mas kawin sebuah harapan di dadaku walau aku tahu sebuah harapan tidak ada artinya apapun untukmu karena kini k
Ku ingin menceritakan sebuah kisah Adalah tentang hatiku Yang terkoyak Pada sebuah kisah penantian Nun tiada bertepi Alkisah aku adalah
Dirinya tak pernah ijinkanku Untuk menyatu dengan sembilu Merasakan sayatannya yang pilu Dan meninggalkan bilur Beribu senyum harus terkembang
Bagaimana mungkin Aku dan kamu Saling mengucap selamat tinggal Sementara beberapa sore Sudah kita lewati dengan berbagi dekapan Saling menautkan
Pagi ini terlalu murung bagiku Bahkan matahari nampak angkuh bersinggungan dengan embun Sama halnya sikapmu Yang pagi ini begitu absurb Ah, semiot