Mengejar jarak yang tak pernah mendekat. Mendekap resah yang tak pernah hilang.
(1) Waktu adalah lembaran-lembaran pengingatku Ketika kiranya ia bersusun rapi dalam kenangan indah Menghias etalase usia ini yang tlah 'tebal membuku
Kulihat wajah renta termangu di sudut senja. Menghimpit rasa, menghujam jiwa
Waktu itu Adalah tempatmu Yang menyatu dalam lelah Ketika kau tak mau kalah
Kita semua harus tunduk pada sang waktu. Karena waktulah yang akan mengarahkanmu ke mana hendak menuju. Pada kepastian kematian
Angin sepoi berhembus diantara mata yang lelah Penat pikiran seakan terlupakan untuk sesaat Ocehan orang-orang hilang lenyap bagaikan sampah terbakar
Waktu kini menjadi harta yang paling berharga Waktu menjadi sangat berarti
Malam itu dalam kesendirian sunyi kukatakan pada waktu Jika sekiranya kutersadar bahwa aku hanyalah sehelai kertas lusuh dengan noktah hitam berserak
Memandang kepiluanmu Menatap kepedihanmu Tak kusa kumembendung rasa
Waktu yang tepat akan datang pada saat yang tepat...
Waktu berjalan begitu cepat Hingga aku tak percaya sampai di titik ini
Waktu... Terima kasih telah memberiku banyak kesempatan untuk bertindak. Terima kasih telah menjadi pengingat bagiku..
Perjalanan pulang tentu lebih cepat daripada ketika perjalanan berangkat
Sang waktu terus bergulir. Kadang kusadari, namun sering tak kusadari. Aku tak peduli. Banyak yang berubah tatkala ia datang.
Di detik itu, harum menulis Di detik itu, harum mengingat yang teringat Di detik itu, harum mengutarakan
contoh puisi, puisi adalah, puisi tentang waktu, puisi pendek, puisi tentang kematian
Aku berharap mentari siang akan sangat cerahTernyata awan hitam datang menutupinyaYah,jelas aja terlihat jelap,seperti tidak ada harapanPadahal sebelu