Puisi tentang kesedihan perempuan
Ketika kulihat kau bersuka, semilir udara langit kurasai lembut membelai jiwa.
Puisi tentang kecantikan perempuan yang bukan hanya di rupa tapi terpancar dalam nalar yang mengakar
Puisi tentang sosok wanita sebagai kekasih dan sebagai ibu
Feminisme! Kata itu mungkin salah satu yang terlintas saat membaca puisi ini. Sebuah untaian kalimat luapan sebagian besar perempuan yang meratapi itu
Kusebut dia; perempuan Si empu, pemegang tampuk samudra kehidupan
Aku berjalan di biru warna Seperti didirikan kasta Perempuanku tertinggal Perempuan tertidur Praktis warna hijaunya dilupakan
Anak-anak rembulan masih berbau tangis. Dipoles paksa tersenyum manis. Sekolah tak lagi murah dan mudah. Memilih pasrah atau menikah.
Habis Gelap Terbitlah Terang. Itu judul surat-surat Kartini yang mengandung optimisme.
Ya, perempuan itu ada di sana. Di dalam rahasia yang tak ingin diketahui. Ada penyesalan yang tak termaafkan.
Lice, perempuan yang menaiki roda dagangannya. Melintasi kampung demi kampung, sejak mentari masih mengintip dibalik pegunungan
Perempuan pada pria pemilik pusakaTerbiarkan waktu merampas segenapJangan tanya bilik malam yang muram pasrahJelaga saja dihempaskan mengguyur sosokMa
Aku hanya perempuan biasa yang tak selalu beruntung dalam hal percintaan
Setelah sembilan bulan, akan ada saat bertaruh nyawa.
Contoh puisi tentang seorang perempuan yang tidak hanya menjadi sosok ibu namun juga menjadi ayah.
Teruntuk para wanita di di luar sana Yang masih tertatih letih mengais rezeki demi si buah hati Yang merana lara di dera prahara
Surti perempuan miskin dari desa terpencil nasibnya baik
Aku wanita, Merias, mempercantik diri adalah hal yang kusuka Aku nyaman seketika melihat dalam cermin