Lantas mengapa tuan memberi sedikit celah keraguan ?
Tentang sebuah asa yang terjaga. Meskipun gerbang tertutup, selalu ada jalan untuk sebuah asa tentang kebajikan.
Tentang asa anak manusia di perjalanan tahun hingga bulan terakhir. Ada jawaban dari sebuah cermin.
Kedewasaan bukan perkara usia. Juga bukan masalah memutihnya rambut. Kedalaman hati dan jangkauan penglihatan. Jauh di atas segalanya.
Tetaplah punya harapan Walau semua seolah Mustahil teratasi
Senyum iri yang membahagiakan. Semoga indah selalu hingga maut memisah kalian.
Tapi aku senang berharap tentangmu, sampai habis harapan itu
Senandung rindu membiru di langit kalbu Luapkan energi halau kisah haru pilu Alunan nada seiring resah gelisah rindu
Seandainya saja kau duduk di sini bersamaku saat ini Akan kuceritakan semua kisah yang kulewati tanpamu
Tanpa sebuah kata Merenung dalam penuh makna Aku.. Aku hanya seonggok barang tak berharga Bergumul dengan keheningan
Temanku pernah berujar. Hidup ini relatif. Yang erat akan bisa renggang Yang bebas akan bisa canggung
Aku tak sudi berteman dengan harap Kutubku dan kutubnya berlawanan Tak akan ada kesempatan untuk berjabat tangan
Pada kanal-kanal malam tak bertuan Aku mencoba mencari sebuah lapangan Untuk menggelar segala harapan
Saat fajar kala menyapa Mentari mengintip di balik awan kelabu Teringat akan duka nestapa di balik awan kelabu berharap tak meredup
Saat aku jadi menapaki sisa sementara ini Saat aku sudah menyerah bersama penantianku sendiri
Harapan yang selama ini dimimpikan telah tertunda, Dia begitu saja pergi ketika aku ingin menangkapnya
Alhamdulillah Masih ada kata Seandainya Karena dengan seandainya Aku bisa berharap padamu
Kaulah, makna yang menjadi harapan. Harapan? Harapan karena aku akan tetap menulis sajak
Angan di musim hujan Serupa tamak sebelum amin Memaksa memburu wujud angin
Kemarin, ku belum bertemu jawabanProblema menggunung, pikir dan rasa, membeku di puncaknyaCoba kubertanya pada rumput, namun sang rumput t'lah hi