Puisi yang diilhami oleh berita kematian yang bertubi-tubi.
Penghuninya sedang menaikan imun dengan bernyanyi
mang emir terkulai lunglai di depan apotik "sehat"
andai covid-19 bersama semua variannya solid menyerbu negeri ini mampukah bangsa ini bertahan hidup
Tidak ada lockdown hari ini Kemarin atau esok hari Yang ada kamu, selang infus dan ventilator Di ruang isolasi rumah sakit khusus covid
Corona memang bukan one-way ticket. Tapi juga tak menjanjikan tiket pulang pergi
Adanya Wabah Virus Covid-19 ekonomi menjadi sulit dan hidup jadi morat-marit
Virus corona membuat umat manusia menjadi menderita dengan korban jiwa yang luar biasa
Kau datang secara tiba-tiba Entah bagaimana wujudmu Kedatanganmu ditakutkan banyak orang
Padahal sudah terbukti dan korban di mana-mana Tetapi kita masih tetap saja tidak percaya Akhirnya yang jadi susah ya kita semua
Ini yang disebut stabilitas? Sedang akhirnya, apa yang harus kita lawan? Wabah atas keegoisan
Namaku covid, aku makhluk tuhan seperti kalian, aku ingin pulang.
Di tengah pandemi covid19 ini, penghargaan setinggi-tingginya patut diberikan kepada para perawat di negeri ini
Sebenarnya udah malas bicara tentangmu Karena semua orang juga udah jengah Sudah dua lebaran kau menjadi topik utama
menunggu itu diamuk rindu diganggu ragu tak semua bisa tahan dan bertahan
Duka tersebar ketika diri duduk terpaku di senja itu Dia tak lagi tersenyum di hadapanku Suaranya seakan hilang tanpa berpamitan
Pertanda apakah ini? Ia tak merasa melambungkan kidung pujian atau doa harap pada Yang Kuasa.
virus yang menggerus kehidupan umat manusia telah merobekrobek peradaban dunia
Keangkuhanmu melampaui batas Remuk redam tanpa basa basi, lengang penuh air mata
Kutahan.. Kumampukan untuk tak keluar zona aman.. Kumampukan untuk tak bergeser