Fir'aun betapun kau berkuasaKetahuilah kau akan binasa Sikmamu pada kami
bulan suci itu kembali datang, ia disambut sukacita, tua muda, miskin dan kaya: semua insan berbahagia kecuali mereka yang masih menyimpan penyakit
wahai pemuja berhala, hentikan kemustahilan yang kau elu elukan, sadarlah bahwa Tuhan tidak pernah lengah atas segala yang engkau persekongkolkan.
Aku tahu Tuhan aku sombong, namun gelapnya batu yang cadas dapat lumat hanya karena tetesan embun di pagi yang kelam dan mencekam
aku tersenyum menyambut kejutan demi kejutan - seolah hanyalah fatamorgana, dimana bayang-bayang mata air membuat dahaga semakin menjadi jadi saja
Betapa dirimu tidak tahu diri, mengumpat di atas kekusutan dan penderitaan: betapa disayangkan, betapa pedihnya, sungguh tidak seharusnya demikian
Kau mengundang duka berselimut bahagia. Awalnya dan ujungnya tiada disangka sangka
Aku harus menjauhi dirimu karena kau menyakiti diriku. berada di dalam lingkaranmu membuatku tidak nyaman.
Ketika hendak menulis pesan itu diriku tidak berada dalam pandanganmu, kau menulis kata-kata perpisahan, begitu hanyut airmata ini karena semua sudah
Melihat deratan film-film itu dalam barisan rak yang menjadi memori, bersama sebagian hidupku terikat pada kenangan
Menjadi bagian dari Kompasiana saya merasa bangga. Kompasiana turut menemani hari-hari saya menjalani kesibukan: membaca kontennya, membuatmu tertawa
Terlalu banyak yang kau pikirkan, sehingga segenggam rencana hanya tinggal rencana: tidak perlu meratap atas apa yang terjadi, senyum saja, jalani
malam semakin cepat saja, tiba-tiba sudah jam tujuh, kemudian sudah jam sepuluh
tidak terasa tahun ini akan berakhir, masih banyak kisah yang belum sempat dituliskan, semua tersimpan dalam memori aku dan kamu, kita bisa dikatakan
kejam lebih kejam dari kekejaman itu sendiri, wibawamu imitasi seumpama serbuk tertiup angin, namun begitu kita melihat tipu muslihatmu, tidak pernah
tik tik tik, hujan mengguyur pagi ini: hatiku merona bahagia lalu kupanjatkan doa, semoga ini hujan yang berkah adanya,
kita berkenalan mungkin secara kebetulan, seperti angin berhembus lewat bebatuan di pinggir telaga, daun hijau belum sempat menyentuh air telaga itu l
Sebelum semuanya berakhir katamu, aku bukan seperti dulu. ketika seutas senyuman berubah asam dan bergelantung pedih di hatimu: kita sudah berakhir
kau berlaku seperti anak anak. sok kuasa, sok iya. makin bertambahnya usiamu, tidak juga membuat dirimu semakin mapan dalam berpikir, angkuh dan egomu
ia diam tanpa ragu memilih diam. wanita berjalan tegak dengan pandangan dalam menyimpan luka.