Jempol mengapit telunjuk dan jari tengah Ujung pena menguap peluh menetes kisah Jari manis bersila menikmati kalungan permata Kelingking bisu di ujun
Puisi tentang ilalang Dataran batu bersimpuh ilalang lusuh. Menjalar lurus mengukur waktu
Kawan...!Musim panas mengusir hujanPanji-panji dipanggang matahari
Inilah sajak negeriku Kulihat para pejabat bersandar di kursi putar, Geraham tajam mengunyah kertas Berbilang bulan upah ditambang
Perhatian kian pecah pikiran ikut berkelana riuh-redam sang kodok
Anakku!Salah kami berlipat empatMenjual dongeng pengantar tidurSampai kalian berhimpitan mencari mimpi
Aku penyair kampung jauh di lubuk negeriPuisiku mondar-mandir di alam bermayaPenaku tajam menoreh ketidakadilanBibir mencibir menyunging pahit
Puisi cinta persaudaraan puisi inspiratif puisi lindawati
Negeriku betapa ngeri dirimu. Merkuri menerangi pelacur jalanan.
Ku semai makna di ladang aksaraKupagari bait dengan diksi berduriBibit-bibit syair merekah dalam tema menggema
Di masa pembangunan ini kisah duka para jelaga mendedah rasa. Perempuan perkasa mengais rupiah dalam tong sampah di sudut kota
Kucoba menggores kegaduhan jiwa pada bentangan kelam
Ketika langit menyapih bumi dalam rentang tak berbilang, aku meradang dalam kerinduan
Mereka mengiba kasih walaupun dalam hangatnya belaian bait beirama jihad
Dari Sabang sampai Merauke koruptor berdiri di jalan negara. Matanya tajam bagai elang mengintai ayan dipelukan induknya
Ujung pena berdarah kupahat pada balada orang- orang miskin
Malam ini pijamkan Aku selimut. Berikan sejenak saja baju kumal belepotan duka yang menderu dalam napas
Jasad ini lusuh dan kuyupAda resah gelisah mengendap di dadaSemenjak dari hiu menatap rembulanAda janji yang belum sempat ditunaikan
Setelah bulan bermuram durja di paruh masaBumi bingung terhuyung- huyung dirundung dukaMatahari mengibas panas warna tembaga
Bocah kumal bangkit dari lelapnya malam menggusur gubug dalam kresek