Anganku mengembara ke masa kelam menapaki lorong-lorong penuh duka noda hitam menempel di jiwa
Kau.... Mengapa Kau mengangkang jalan. Padahal langkahmu adalah petunjuk
Kemarin Aku Berjalan di lorong waktuAku merunduk dan terantukDi balik kacamata hitam Aku berlindung
Akhir Desember, banyak kisah mengurat duka saban bulan berganti tahun selalu mendulang bala
Jika hari ini adalah nyata, Kemarin akan ku jadikan fondasi Dan besok ku akan menuai cita.
Malam ini di pinggang sepiAku menghitung debu pulas di jendelaWarna putih tersamar dalam kabutRoda terus menggulir waktu
lelaki setengah baya tergeletak di persimpangan hidup jalannya terhuyung- huyung mengusung mimpi
Hari ini batang usia sudah menuruni lereng waktu bercadasMatahari telah tergelincir pada pusaran masa
Kata sufi... jarak kita cuma dua jari, kau berada di antara urat leher
Telah sepekan ku kulum geramBelati bermata dua kau tikam jiwa
Kusamperin matahari dari haluan barat, wajahmu memantul pada cahaya
Puisi pahit manis kehidupan untuk menyadarkan diri untuk menguatkan diri bahwa sanya jika kita igin kan sesuatu kita harus siap berbuat
Sebuah puisi tentang bagaskara rembang petang, pembawa hening dalam tafakur penuh syukur
Video Puisi, persembahan renungan hari pahlawan
Bumiku hari ini sedang menampar manusia pelan-pelan
Banyak waktu dalam hidup kita yang terbuang begitu saja,
Aku tidak sedang ngutuk diri Atau mengurung diri Hanya egoism
Seorang pemberi tidak selamanya akan memberi, Suatu saat dia bisa menjadi peminta
Sedetik terlalu lama, seribu tahun terlampau sebentar
Tau apa kamu; bahwa aku harus bermain petak umpet
