Puisi jiwa mahasiswa karya Asrul Sani Abu
Setiap orang memilih memilihah jalan yang berhati bijak, menjaga pesona realita di negeri ini dengan hati. Mencari solusi dan berbudi sendiri.
Kereta negeri merangkak di atas khatulistiwa. Entah ke mana besi ular itu menjalar? Lima ribu seratus kilometer jarak tempuh dilewati
Kucoba menggores kegaduhan jiwa pada bentangan kelam
Indonesia negeri tercinta Suhu politik berduka Ibu pertiwi sedang bunting tua Mengandung demokrasi Menunggu sang makhota keluar dari peraduan
Alam membuka mata Melihat kutu-kutu menghisap darah di ubun-ubun negeri ini
Puisi ini ditulis dalam bahasa yang penuh dengan kerendahan hati menyikapi virus Corona yang belum hilang dalam beberapa tahun terakhir. Kita tegar
Merekam kisahentah sampai episod manaKita bertemu,Selayaknya skenario yang ditulisLalu dialog sapaan pertama,saat jumpa.Konflik yang membawa anti klim