SEPI DI SISI PAGISepi itu aku tanpamu ...Getir yang membatu di altar waktuKetika angin di bukit selatanMerupa desir kehilanganDari aku yang ditinggalk
Nyanyian pagi terdengar lagi Di dalam perut si miskin ini Kemudian ibu ...
MENISCAYAKANSore hari pukul limaSeseorang menjemput kata 'iya'Untuk beberapa alasanSenyuman takkan terlewatkanDari sebuah permainan hatiMemastikan,
Sementara dersik angin membelai pepohonan Juga mengusap pada air matanya yang berguguran
Tersuruk labirin peradaban Banyak yang minta dibanggakan Namun kami, pinggiran tak penting
Hentikan Tangismu - Belum sempat menangkap bintang-bintang
Hujan meneteskan bulir rindu Lagi-lagi, satu kisah menusuk relungku
Bahagia seorang menyendiri diam tak bertepi mencoba mencari jati diri dengan waktu yang tersedia tanpa dia sia do'a yang terucap setiap saat demi masa
Langit buru-buru sembunyikan terang Ketika hujan jatuh dengan riang
ku bebaskan setiap kata-kata Kepakkan sayapnya pada luas semesta
SEPERTI HUJANHujan turun di lapanganCiptakan tarian paling menawanAroma tanah basah terendusSejuk ditebar angin berembus
Mungkin aku yang tidak tahu diriMasih saja menyebutnya puisi
Entah sudah berapa lamaSeseorang tersesat di sunyiSetelah dia menyaksikan kematian hati
Seorang lelaki memesan segelas kopi Kepulan hangat, sampai di kepalanya
Bilakah hujan 'kan turun? Sebab di matanya menyisakan mendung
Aku percaya cinta dilahirkan suci Dititipkan Tuhan, tumbuh dalam hati
Selamat datang bulan Juli Lembut kau menyapa meski masih sunyi Akankah kembali bicarakan rindu
Hari Minggu di akhir bulan Juni, seseorang berdiri di dermaga sunyi dengan bulir-bulir bening di pipi.
RINDU BAPAK - Rindu aku tasbihkan dalam lirih angin lalu
Ke mana tempat yang akan aku tuju, sampai menemukan lagi senyuman kekasihku dulu