Malam yang cerah, cahayanya bersinar indah, purnama di kala ini, sungguh mulia nan suci.
Kala gelombang hidup menerpa diriku. Daku melangkah dalam gelap gulita
Baca puisi "Menatap Waktu" karya Kompasianer Mettasik Lily Setiawati Utomo di sini
Aku Berada Kini (gambar: radiofrance.fr, diolah pribadi)Di tempat sunyi,di keheningan nan sepi,riak dunia dalam ramai,tak akan terdengar
Perjalanan ini sangat terasa maknanya,apa saja yang terjadi di setiap ceritanya
Puisi: Aku Bukan Engkau dan Dia (gambar: wallpaperflare.com, diolah pribadi)Aku adalah diriku sendiriDengan segala kekurangankuDan segala kelebihan ya
Angin bertiup jauh pergi, hujan pun mengikutinya...
Tangis pecah dalam gundah Kusadari hidup tak mudah
Hari berganti minggu,bulan, dan tahun. Usia merambat menuju perjalanan akhir
Dalam kehidupan ini celaan dan Pujian pasti akan selalu ada, semua hanyalah proses timbul, berlangsung dan lenyap.
Roda kehidupan terus berputar. Para insan bergelut dalam kisah kehidupannya
Aspirasi menyentuh hati, di mana butuh kebajikan pendukung
Kehidupan adalah sebuah perjalanan yang berliku-liku
Jangan tertipu usia muda, karena syarat untuk mati tidak harus tua,
Perbuatan baik pasti akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan
Dalam kenyataan hidup di dunia, rintangan memeluk derita, diri pun terasa lelah dan lemah,
Daku bertanya pada sang bayu Pada rumput yang bergoyang Pada cadas yang menjulang angkuh Namun semua hanya diam membisu
Mata melihat cahaya menawan hati Muncul keinginan meraih cahaya nan indah
Mengapa di dunia ada manusia, awalannya entah di mana, memang sudah ada sejak semula,
Menebar kebaikan dengan gemar memberi dan melepas kemelekatan Membersihkan hati dan pikiran