Gelinding tekad pantang terhenti di atas aspal mengayuh bakti tak perlu sebait bukti cukuplah jenuh hujan membelati dan terik menguliti
Peluh diobralperih kehidupan aboralpembual berpadu menyempalDi sini harapan mengentaldi tanam di atas aspalwalau tumbuh geram sesalDi antara debu yang
Di penghabisan pancaroba mulai menghilang itu sejuk sayur rerumputan bunga-bunga sawah-sawah muntah sesak jalan aspal tiang listrik gubuk-gubuk lapuk&
Ribuan kepal berayun mulut-mulut kering meraung tanah-tanah retak beriring langit merah murka tak ciut nyali setia mematuk patuh benak terpaku tak rag
Hidup setelah matihidup lalu matiketika pemantik pagi matiTapi tidak lagikala pagi disetubuhi kopiPagi itu kopibercampur mimpi-mimpimelayang tinggiArm
Pagi di bulan Oktober halimun dekap tubuh aspal kaum papa mulai geger setelah kemarin letih mengepa lPagi di bulan Oktober si culas gila manuveri ngin
Waktu adalah halaman usangdibaca berulang-ulangWaktu adalah setumpuk bukuisinya tentang aku-akuWaktu adalah catatan tuamemuat kesetiaan katasekaligus&
Kamu seperti kopiwalau getir waktu memandu harikuteguk hilang pergiKamu seperti kopiwarnamu bikin pekat hatiKamu seperti kopimanismu tersembunyidi ant
Hari demi harikepala ditumbuhi keinginansedang hidup tetap pas-pasanHari demi harihanya kenyang melahap harapsedang hidup tetap parahHari demi harihan
ketika kaki merdekatangan merdekamulut merdekaperut merdekajiwa dan pikiran merdekaArman Syarif | Gowa, 17 Agustus 2020
Dimaafkanmemaafkantak berdamai kesalahansebab tiada kelakuanbenar-benar dilupakanTapi dimaafkanmemaafkansanggup melapangkandan meluruhkan keakuandemi
Dua belas tahun yang laluaku adalah toa kerap mengadusepuluh tahun laluaku bagai tugu bersekutu debuDelapan tahun laluaku seperti bintang berkilauenam
kau dan aku tak ada habisnyawalau hawa aspal membakar isi kepaladan perut tercekik lapar dahagatetap teguh berdiri bersuaradi hadapan dinding yang ber
tidurlah istrikukarena hari ini begitu melelahkan bagimukehidupan memang tak pernah usaiuntuk dikalkulasitapi kita masih memiliki Tuhanyang memberi ta
tempurung kepala dijejali pengajaranhitam atau putih segala pandangankalau sampai tiba waktunyaaku ingin berhenti saja jadi manusiakemudian memilih be
kau mataharikuusirlah rasa gigilkukau anginkuberembuslah keringkan bulir peluhkukau ombakkuterjanglah segenap gundahkukau rinai hujankubasahilah keron
Derap langkah tak putus asa terobos jalan buntu tak mengapa asalkan seiring kehendak kepala tak peduli luka seberapa menganga Dera
Bertemu lukadi hari tak terdugaaku mengerangaku meradangmemohon pergisegala perih nyeri...berpisah dari kenikmatanraga mengecap kepedihantapi jiwa men
Orang-orang telah kenyang makan buku
Aku sedang menyusur di atas dinding mencari kawan diskusi di langit-langit rumah. Namun yang kutemui hanya capung-capung sekarat sedang diganggui cica