Ku tanam rasa seperti biasaKu bawa diri dengan prnuh tawaKuat, aku kuatMelihat semua menjadi nyata &nb
Senyummu tak pernah pudarSeakan memancarkan sinarYang mampu merubah hidupku Jadi lebih hadapankuSaat ku tatap parasmuRona wajahmu bak warna tomat
Sujud abdianku padaMuKesucian hati tertujuPada sang Maha AgungPintaan doaku iringan tangisTidak lain hanya mengharap ridhoMu  
Memancar lampu dari sisi kejauhanDipandang berjalan, namun semakin mendekatDetik- detik melihatManusia solih sang idaman &n
Putih harum tanpa dosaSeperti kasih sayangmuLembut tak pernah menyakitiSabar kau sertakanBimbing kami menjadi dewasa
Lihatlah, Ia yang ada di balik bayanganmuTak terlihat, meski terasa adaHanya menatap, meski tak pernah ditatapHanya meringis, karna cuman punggungmu y
Senja yang merona kini seolah memudarBiasan warnanya kini terlihat samarTerbawa hitam pekatnya langit malamYang menjemputnya dalam kelamSenja yang kur
Tak peduli apa yang saat ini terjadiSemua terasa biasaBila kau denganku menghadapinya bersamaJika kau tak kuatPegang pundakkuKita lalui bersamaDengan&
Terpaku dalam kegundahan hatiTerasa tak sanggup aku lawan bersama jari-jariTiada ulang daerah hari yang terasa ada Hanya lelahLelah yang aku rasa
Ibu, sungguh ku teladanimuPerkataanmu menggemakan hatimuKau adalah sinar perinduTak terganti dan hanya satuTak pernah terpikirCaraku berjalanCaraku te
Bertanya. Hati selalu bertanyaAkankah datang suatu masaDimana hati ini akan bertemu dengan hati lainnyaUntuk ditinggal selamanyaKarena hati hanya ingi
Orang yang kadang- kadang kita abaikan keberadaannyaTidak perduli dengan tugasnyaOrang kita anggap datang semaunya dengan tumpukan tugasOrang yang bik
Hujan pagi ini terasa berbedaSeperti mengisyaratkan tentang sebuah kepergianPamit tanpa ada sebuah kataAku pergi atau ucapan selamat jalanIa tak lagi&
Tuhan hadirkan insan muliaBimbing aku dari kecil sampai dewasaMengajari hal untuk tidak mudah rapuhSemangat berjuang demi masa depanDoa yang ku panjat
Dunia suram saat iniBerbagai halang rintang aku jalaniEsok pagi embun membasahiPertanda tangisan akan kembaliAku percaya pada penciptaBahwa yang terja
Sumringah rasa itu hanya sementaraJanji-janji jiwa itu pun seperti akan segera tiadaBerantakan mungkin adalah jawaban akhir ceritaTapi, apakah itu yan
Hadir sebagai orang yang tak kenalBersalam bertanya dari manaMencoba tau tentang kehidupanTau apa yang pernah terjadi sebelumnyaKita nyaman karena ter
Aku hanyalah penikmat rindumu Bagai angin yang membawanya padakuMenyebar sebagai saraf di kepalakuYang memaki sanubari akan dirimuKepada awan yan
Santri, kau penggenggam ilmu sejatiPembakti sang pengamal negriSeyogyanya kau mengajiHanya demi kemajuan negriKau layak diperjuangkanKau pantas dibela
Mentari bangkit dari ujung kotaMengusik para tikus dari fasilitas mewahAmbisi meraup rupiah didepan mataPara tikus yang rakus akan kehidupan duniaMere