Bagi mereka suami yang membakar isterinya bapak yang menjual anaknya, hanyalah efek samping yang rigid dan hampa
Garuda petarung kita sedang belajar bertengger di cabang-cabang yang lebih tinggi.
Di atas ranjang perselingkuhan eksekutif mencumbu legislatif dengan beringas.Keduanya meringis.
Takut karena terlalu banyak dusta atau berani karena sedikit dusta sama saja.
Tapi tidak usah khawatir. Hidangan makan malam akan terus berdatangan dan diedarkan ke meja-meja dan piring-piring kita tanpa polemik.
Bukankah “berburu” takjil tidak hanya sekadar transaksi saja? Ada gotong-royong di sana, ada silaturahmi di sana.
Jarang sekali harga bisa bersahabat dengan rakyat jelata. Malah lebih sering berkelahi, gontok-gontokan, sampai berdarah-darah.
Dengan dalih makhluk modern, kita selalu memaksa diri bergerak lebih cepat. Memacu diri bergerak lebih cepat.dan lebih cepat
Harapan jua yang membuat kita beramai-ramai menggerakkan kaki menuju TPS masing-masing.
Jadi jika ada orang lain yang memberi kita nilai 5 dari skala 10, tidak perlu patah hati setengah mati.
Wajah orang muda itu sarat garis-garis lelah, lurus, serong, bercabang, memuntir.
Tapi pada segala retorika janji-janji surga tentang peradaban yang lebih baik, percayalah, rakyat sudah amat paham
Apalah artinya kalah banyak, menang sedikit, kalah sedikit, menang banyak, jika sekat-sekat di antaranya hanya setipis lembaran tissue.
Selalu ada kenangan di antara jalanan rusak di sudut-sudut kota.
Viral. Kini jadi senjata rakyat jelata. Peluru-peluru virtual dibagi rata pada jari-jemari warga.
Bola yang bulat tanpa sudut tanpa kutub mestinya menggelinding bebas seperti orang merdeka.
Dia sudah bersalah kepada Tuhan dan manusia. Dia sudah melumuri tangannya dengan hitamnya dosa
Kita akan membahas kemiskinan yang menggeliat di atas pasir dan lumpur jalanan dari ruang rapat eksekutif.
Anak muda itu bisa jadi akan menjalani tahun-tahun berikutnya di balik jeruji besi.
Hanya gendang telinga saja cukuplah sudah, jika radio yang jadi teman arungi malam.