Pertama, lepaskan lenganmu kendur lunglai di sisi tubuh
Baju terbaikku mirip kandang dan joran pancing. Baju terbaikku memiliki mata tempat meletakkan kaki.
Lirik menolak untuk mengisi ruang laman kosong. Yang kosong biarlah hampa. Stanza-stanza merayakan lubang putih.
Berabad-abad kemudian, di antara pecahan pot keramik, mereka akan mengingat kita. Serangga dalam tariannya, di antara lampu dan bilah kipas angin
Langit kembali mempersembahkan hadiah kedua untukku, pelengkap terdahulu. Kali ini kehadiran si bungsu menambah kesemarakan kehidupan. Kalau si sulung
![[Antologi Prosa Puisi Menyambut Hari Ibu] Diam Kita adalah Berkata](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2018/12/19/img-20181219-wa0022-5c1a500f677ffb3337695805.jpg?t=o&v=410&x=225)
Sejak kau hadir semua jadi berubah. Menata diri dan kehidupan harus lebih baik. Memastikan bahwa kau tidak kurang satu apapun adalah prioritasku kini.
![[Antologi Prosa Puisi Menyambut Hari Ibu] Persembahan Langit](https://assets-a3.kompasiana.com/items/album/2018/12/18/baby-428395-480-5c18fe6312ae947ced68e182.jpg?t=o&v=410&x=225)
Kaki pegal menelusuri setiap jejeran rak buku, mata lelah mencari judul satu persatu. Hampir setiap buku sastra berkisah tentang cinta, tak masalah ka
Keinginan untuk menjadikan Sharique menjadi anakku terlaksana. Saat ditinggal oleh suami aku sedang mengandung lalu lahir seorang anak perempuan canti
Minggu ini aku berjanji pada Sharique untuk datang ke taman tidak di hari Sabtu seperti biasa karena ada yang harus dilakukan. Dia pun menyetujuinya m
Hari ini jadwal main ke taman. Acara santai untuk me time tapi juga satu rutinitas. Jujurnya rutinitas yang ditunggu. Karena saat di taman aku bisa me
Pagi ini mentari ramah sekali. Menepuk pipiku dengan hangat walau hatiku masih dingin dan kelam karena kepergianmu. Kebiasaan yang kulakukan denganmu
Kaki ini melangkah berat tapi tetap kujejakkan untuk mengejar dan melepas yang menyesakkan diri. Sejak ketiadaanmu semua terasa sesak. Untuk melepaska
Ia menatap langit biru di saat cuaca hatinya semakin memanas. Bagaimana mungkin dia yang di cinta, tidak lagi mengatakan hal di luar nalarnya. Alasan
Kita adalah sekumpulan doa yang terpanjatkan. Rapalan demi rapalannya kita pintakan bersama kepada-Nya. Haruskah kini apa yang kita panjatkan berhambu
Aku berteriak. Kau tak mendengarnya. Kaca tebal ini menjadi penghalang sekaligus menyiksaku. Aku bisa melihat segala aktifitasmu setiap saat, hanya sa
Pendahuluan Setelah enam tahun (Jan.2010-Des.2015) hidup saya diwarnai dengan kegembiraan “menulis” di Kompasiana, kesana kemari dari pros
[caption id="attachment_133900" align="aligncenter" width="495" caption="Budaya Klasik kita lestarikan, dan Industrial-kan --- Budaya Kontemporer untu
