Jika telah sampai tiba waktunyaS ukmaku adalah burung-burung di sore hari
Malam iniAku ingin tidur dengan purnamaTak ingin menutup jendelaPun memejamkan mataMalam iniAku mau bulan memenuhi kamarBerdua sajaHingga tak perlu di
Aku membayangkan menerobos taman ilalangSendiri menyibak rerumputanTangan-tangan lucuYang berebut membelai rambutkuMelambai-lambai menyambutKepulangan
Tuhan..Mungkin hanya Engkaulah yang teramat tabah Mendengar pikiranku merengek sepanjang waktu
Aku mau menitipkan malamKepada pagi yang tenangSebelum siang membuatnya bising dan meranggasPadahal ia begitu heningMenjelma ramaiOrang terburu-buruSe
Jalanan yang ramai di depan rumahmu. Tak pernah rindu lagi
Aku sedang mencari-cariBau cintaPada tubuhmu yang mungilPada tawamu yang kecutTapi kau malah tak terimaUntuk berjumpa dengamuAku harus membenci waktu
Rasanya aku ingin sekali, berada disela-sela daun yang menggeleng
Sesuatu ikut berdetak. Aku yang tidak dalam keadaan genting
Aku menunggumuKekasihDidermaga tlah kutambatkanKerinduan yang tak mau diamLidah-lidah mempertanyakanCinta seperti apaYang sedang kita lakonkan
Aku takut orang-orang bertanya, bagaimana hari-harimu?
Aku menyaksikan orang tuaBerjalan dari ufuk timur ke baratDengan isak tangisSambil memungut ceritaDicelah waktuYang gugur dari penanggalanAku menyaksi
Melihat jam dinding di pagi hari, deru kendaraanJalanan sibuk sendiri
Bagaimana aku Jika luka datang Tiba-tiba tanpa memberitahu
Sebegitu takutkah kita, dengan kesepian? Sampai-sampai harus mengamuk, Ditengah keramaian
Begitu menghormati kata-kata Sebagaimana seorang murid takzim pada gurunya
Sesuai janji angin takkan mengganggu daun itu sebelum waktunya, senandungnya saling mendahului bersama lolongan anjing
Rumah adalah Tempat pertama kali engkau belajar benci
Mas... aku ke sawah duluMau berjumpa padi, mau belajarTetap patuh walau raga penuh isiTetap tak terganti walau banyak pengganti nasi... MasMas... aku