Puisi ini saya buat untuk menggambarkan seekor burung pipit, hewan kecil yang seringkali kita temui di sekitar kita.
Setiap orang berhak tetap setia walaupun sudah di sakiti
Senyum Burung Pipit Melihat Padi yang Mulai Menguning
Di sebuah galaksi yang sangat jauh, hiduplah sebuah bintang kecil bernama Pipit.
andai aku bisa merentangkan sayap, meninggalkan semua beban, menggapai langit yang luas
Saya dengan dagu berlangsung Pipit dan pipi berlangsung Pipit
Pilihlah pemimpin yang memiliki integritas, kompetensi, dan visi yang jelas untuk membangun Indonesia yang lebih baik
Setiap pemimpin bertanggungjawab terhadap rakyat dan atas segala kekuasaannya
Agustus datang lagi. Kali ini membawa serta gelombang panas. Angin kencang pun ikut membonceng. Ah, agustus kerontang.
Sebuah pagi eksotis di pinggiran kota Kajen, Pekalongan.
Masa kecil selalu membahagiakan. Sekalipun sederhana, sangat menyenangkan. Apalagi bermain bersama teman yang sangat menyenangkan pula.
Kematian pipit muda yang diutus menemui sepasang elang ternyata tak sia-sia. Ini aku, utuslah diriku.
Burung Pipit merupakan salah satu jenis burung pemakan biji bijian, yang menyerang atau memakan melai padi
Sejak pagi itu, ke mana pun Srintil pergi, empat puluh burung pipit siap menernbangkannya.
Mereka bukan pipit kebanyakan, bulu halus tua kecoklatan, kepala putih bak kopiah rohaniwan
waspadalah saudaraku kenali pipit-pipit genit yang menyambangimu
Remi punya rutinitas baru. Memberi makan burung-burung di pekarangan belakang rumahnya. Khususnya emprit alias pipit.
Aku adalah seekor pipit yang bersimpuh di jalanan berdebu. Menunggu sekawanan binatang datang.
Aku ini seekor Pipit yang telah lelah terbangSudah berjuta ranting berbeda tempatku bertenggerHingga aku lupa bagaimana rasa perbedaan ituBagiku diman
Keterkaitannya lirik lagu milik Iwan Fals dengan kisah Puteri Cinderella tidak ada sama sekali, setidaknya hewan pengerat ini populernya begitu meleji