Ketika pilihan hilang, demokrasi kehilangan makna. Apakah kita hanya penonton absurditas, atau akan memberi makna baru pada kebebasan kita?
Ketika pilihan hilang, demokrasi terasa hampa. Suara tak lagi bebas, hanya angka di atas meja. Mampukah absurditas ini melahirkan harapan baru?