Demikian sepotong hari yang cerah untuk jiwa yang lelah. Biasanya tidak akan lama.
Aku berjalan mengikuti jejak yang terukir di atas pasir.
Tanggal muda memberi banyak energi, termasuk kepada seorang gadis manis berambut panjang yang sedang memasuki pusat perbelanjaan dengan wajah ceria
Di ujung malam, Bapak Menteri Urusan Komunikasi sedang bermimpi buruk. Dia dikejar-kejar monster yang mengerikan.
Lalu waspadalah dengan iming-iming keuntungan besar, apalagi dengan keuntungan yang sudah berada di luar nalar atau logika
Kita adalah kapten jiwa kita. Kapal kita tidak selamanya berlayar di laut teduh dan tenang.
Apakah cinta tiba setelah menempuh purnama demi purnama? ataukah cinta jatuh seperti kelebat kilatyang membelah langit malam?
Orang-orang yang kecewa dengan kehidupan sedang berenang di dalam cangkir-cangkir kopi hitam.
Luar biasa! Setiap kali seorang datang membawa dan menyusun batu bata miliknya, semakin sempurnalah bentuk rumah itu.
Wajah orang muda di balik jeruji besi bonyok tidak beraturan. Entah sudah berapa punggung tangan serdadu yang mampir di situ.
Cincin yang mestinya melingkar di jari manisnya kini tiada lagi.
Hari ini, Yesus tidak jadi naik ke surga padahal dia sudah memakai celana baru yang dijahit Maria, ibunya.
Jokpin pun mengarahkan menulis puisi dengan cara induktif atau dimulai dari hal-hal sederhana di sekitar kita.
Lapangan rumput nampak berbeda malam ini. Hijaunya lebih merona, lebih membisikkan harapan.
Pelan-pelan tirai malam terangkat oleh tangan-tangan tidak kasat mata.
Kita bedua duduk di tepi meja makan, membuka tudung saji di tengah. Kosong. Tidak ada apa-apa.
Udara berbau karbon, sumpah serapah pemilik kendaraan yang bersenggolan, kemacetan, kembali di depan mata.
Mobilisasi ratusan orang dan dana miliaran rupiah, sering kali berawal dari keputusan-keputusan dalam rapat
Bukankah “berburu” takjil tidak hanya sekadar transaksi saja? Ada gotong-royong di sana, ada silaturahmi di sana.
Lalu apa yang kamu cari? Apakah parade burung-burung camar yang berarak pulang,