kubiarkan rindu ini tumbuhdan kusemogakan cinta ini pun tetap utuh bermekaran diladang jiwayang hari-hari di hujani dengan air mata doa.
Tuhan, kemana lagi daku mengadu perihal dukadan melabuhkan doa-doa sebagai hati orang yang hampir putus asa.?
Tuhan, aku ingin hadirkan peluk dan kecupan sebagai cinta paling ramah yang begitu istimewa di keningmu dengan lipstik merah darah.
malam begitu panjangsetiap suara luka dari batin dibungkamkuterjang rindu paling angkuhdengan dentuman gaduhyang menghantam dada tanpa rangkul,
pesta usaisemua tawa heningsemua kabar hilangkau mengadunya kepada puisi.
mengadu dalam gundah yang menderu hari-hari begitu laju sementara pedih semakin haru
hampaluluhsujudsampaitak ada waktu yang tepat kau melupakan Allah.
Kapal sudah melaju ditengah lautan, diujung pelabuhan kecil itu, gadis nusa kenari masih berdiri.
Pada senyumanmu itu: Seperti dedaunan pinus yang berguguran dalam udara musim dingin Dan mengucapkan selamat pagi kepadaku
Hitam kopi tak pernah meracuni hatiku menjadi arang. Manis gula sekalipun tak pernah merayuku, untuk berpaling hati dari pahitnya kehidupan.
Kesedihan meriuh pulang kedalam rindu
Suaramu bergema di jantung Panggilanmu keras tak bisa kutepis Rayuanmu tak bisa munafikan Aku hanya bisa berdiam dan menangis
Wajahku berkemas menuju cahayamu, mata ini tak dapat merekam jejaknya
Kota sudah sepi. Kulihat seorang remaja telanjang kaki menghampiri tong sampah.