Bangkitlah Indonesiaku, satukan hati dengan keadilan
Ilustrasi - Pemain timnas sepak bola wanita Indonesia, Claudia Scheunemann menggiring bola saat melawan Bahrain, Sabtu (8/6/2024).
Para pencari devisa seperti bergiliran meregang nyawa di negeri orang.
Selamat Ulang Tahun untuk Bung Karno, sang bapak proklamator Indonesia.
Pertiwi ternyata minta puntung berapi, Tuk energi revolusi yang sedang mati suri
“Tak usah pikirkan aku,” katanya. Hilang, ragam yang kusayang
Kebenaran itu universal, tidak bisa diklaim menjadi milik sepihak atau dua pihak. Ia milik bersama.
Pohon tumbang, jalan setapak melebar, Pesawahan sirna, gedung menjulang bagai raksasa.
Hari Kartini, hari perjuangan wanita, di hari Bumi, juga bumi yang kita cinta.
Kasus korupsi timah 271 T menginspirasi hadirnya puisi ini
Kibarkan merah putih pusakaMeski pertaruhkan jiwaAku tak pernah raguMenjadi pandu pertiwi ibuku
Di hamparan zamrud khatulistiwa, terlukis wajah Indonesia tercinta.
Tetap Sunyi Meski Kau Hujan Pertiwi Ini, Bangkitlah. Di bawah sang surya yang membakarPertiwi ini kian terluka
Lihatlah bumi persada berdiri kokoh di khatulistiwa sumber daya alam mempesona adat budaya dikagumi dunia Indonesia banyak orang yang iri hati tumbuhk
Apalagi yang bisa Aku lakukan?Aku telah lelah melewati pintu ke pintuDengan selembar kertasYang mereka katakan kehidupan
sebuah puisi dengen pilihan diksi terbaik
Puisi tentang alam Indonesia yang semakin rusak karena ketamakan dan keegoisan. Sehingga musim kemarau sangat panas, musim penghujan sering banjir.
Wahai ibuku, ibu pertiwi tersayang, kenapa kamu menangis begitu memilukan, begitu manis?
Bumi Pertiwi, planet yang kita huni, adalah tempat di mana kekayaan alam melimpah ruah.