Masyarakat memerlukan pemahaman lebih tentang cara mengatur keuangan dan mengenali risiko dari layanan seperti pay later
Pay later dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak, namun juga bisa menjadi jebakan (maut) utang jika tdk dikelola dengan bijak
Serial Pay Later menceritakan tentang kehidupan Tika yang glamour dari pinjol. Tika berusaha menghilangkan kebiasaan buruknya dan melunasi hutangnya.
Jangan hidup lebih besar pasak daripada tiang. Hiduplah sederhana, hindari berhutang.
Banyak orang berhutang yang lupa diri dan tidak tahu etika. Padahal jika orang yang berhutang sopan, tentu orang lain juga akan segan.
JK juga menyoroti beberapa faktor yang mendorong kecenderungan generasi millenial untuk berhutang, termasuk kemajuan teknologi keuangan, gaya hidup
hidup sederhana membuat seseorang lebih merasakan yang namanya ketentraman jiwa karna ia dalam segala hal ia hanya memprioritaskan kebutuhan
Saat ini pay later tengah diminati. Sekadar tren atau akan terus berkembang?
Berhutang apakah sebaiknya boleh dilakukan jika terdesak?
Utang untuk HP, mobil baru, rumah mewah, pesta pernikahan atau sekedar memoles diri? Berlebihan, karena toh kita tak langsung kenyang dengan itu.
Banyak terjadi seseorang yang tidak mempunyai kartu kredit, tak pernah melakukan pinjaman online, tapi mendapat tagihan
Penyebab keuangan seseorang tak terkendali di bulan Ramadan yang paling sering dilakukan adalah membeli yang tidak perlu
Menurut saya nilai-nilai seperti mengajarkan anak menabung dan berusaha terlebih dahulu untuk bisa meraih apa yang diinginkan justru harus dibudayakan
Belakangan ini pay later merupakan hal cukup akrab terdengar saat bertransaksi di berbagai aplikasi besar penyedia jasa baik itu e-commerce, ride hail