1 tak ada yang lebih gelisah dari pagi hari :ketakutan terlambat datang keragu-raguan akan pergi 2 kau berlalu-lalang di mataku s
Sore hari lepas sekolah. Kita sepakat mengotori seragam di sawah. Berlari, bermain rumput, berlumpur. Bosan tak juga nampak padahal matahari nyaris
Sudah sejak lama orang-orang di Jakarta tak mengenal makan malam. Mereka mesti merelakan jam makan malam menguap dalam perjalanan pulang. Mungkin in
Pada suatu lalu, aku adalah anak ibu yang mengimani kesendirian. Sendiri, cukup. Cukup sendiri. Aku hampir tak pernah mempertanyakan atap lain yang
Saya selalu suka bertemu dengan orang-orang baru yang gemar bercerita. Mereka lebih menyenangkan dari televisi—pengembang drama. Mungkin saya menem
Pada mulanya, Antologi Prosa Kejutan! adalah bagian dari proyek 99 Writers in 9 Days yang diterbitkan secara mandiri melalui nulisbuku.com pada Oktobe
“Dengar, pergilah sejauh mil-mil terjauh. Pergilah untuk mencari jalan pulang, ke rumahmu, Anakku.” Telah lama pintuku tak terketuk. Rinduku sampai
"Mbah...!" Aku mendengar suara seseorang memanggil dari luar. Ranting-ranting kayu bakar yang sedang kususun kutinggalkan. Aku beranjak ke luar, meli
Aku tak pandai menerka. Yang kutahu, saat malam dan hujan dan tangan kita tak saling genggam, kau merindu, sepertiku. Aku tak pandai mengingat.
malam menjelma rasa tak terarah sebentuk hangat yang entah, gairah gundah kopi menjelma asam termasam memaksaku beranjak melupakan malam menggap
“Panas banget kamarmu, Ray.” Peluh Diana membasahi kausnya, di punggung. Klik. Kipas angin berputar, pun gairah Rayhan sama kencang, berputar. Sebelah
menghadap cangkir keempat kafein dalam kemasan mungkin ini candu kukira ini dahaga akan sesuatu Kamu ---------------------- Depok, 23 Desember
Ibuku suka mawar.Ibu seperti mawar.Wangi doanya tak tertawar.Tajam nalurinya nyaris selalu benar.Ia sinar. --- Ibuku gemar menyapu.Tak suka lantai ber
Kemarin adalah lalu yang terkenang. Erupsi tempo hari dalam drama aksara bertautan. Menari di lorong berjarak, lincah, mengurai sebentuk makna. Umpa
Aku mau kamu! Ikat aku dalam mantra tersaktimu. Serupa penyihir, jadikan aku kekal dalam maumu. Sekekal doa anak bagi ibu. Sekekal
Ada yang menghunjam. Di kepala. Di sekitar dada. Merata. Ini bukan yang kusebut rindu. Hanya saja, namamu enggan pergi dari pikiranku. Aku hilang.
adalah saat tak ada lagi dendangan Ibu sebelum lelapku adalah saat hujan menghalangiku menemuimu adalah saat menu terbaik tersaji dan aku hanya bers
Lengser ke hati lalu menguap, dari kepala Upeti masih setinggi berhala Pada akhirnya tak ada guna Ampas ----------------------------------
nama-nama melayang lupa jalan pulang dagu-dagu meninggi lepas diri dada-dada membusung mirip linglung Depok, 2010
Kepada Tuhan, zat tunggal penguasa isi semesta dan segala pergerakannya yang penuh kejutan. Terima kasih untuk ini itu anu, segala rupa dalam hidu