Ruangan kerja itu didesain berwarna ungu. Semua, termasuk walpaper dindingnya.
Pemuda berdarah merah. Putih tulang untuk Indonesia
Melukis Wanita Dalam Kata
Hidupku, ku goreskan pada bingkai berdiksi
Ibu Tien Soeharto Yang Berjasa. Jangan Melupakan Beliau.
Berakhir dalam kehampaan, bersama malam
Jangan menatap jam, yang berdetak pelan. pada garis lingkarnya. hingga insafkan diri. bahwa fajar menyingsing pelan. pada garis ufuknya.
Puisi ini ku tulis di tepi danau, di tengah derasnya hujan
Aku menyendiri, di pelataran rumah sakit ini
Tak perlu risau, kawandengan sifat mereka yang tunjukkanmembuat kurang berkenan
Usai sholat Ashar, para jamaah belum beranjak dari tempat duduk masing-masing.
Aku tetap tegar menjalani hidup, meskipun engkau tak lagi menerimaku
Sambil ia menulis kisah ini. Ia bersyukur atas nikmat dini hari.
Hadapi, hayati, nikmati. Betapa indahnya hidup.
Kenderaan ini yang mengantarkan saya kepada kesadaran diri.
Malam ini Tuhan mendidik saya dengan cara-Nya yang Maha Agung
Ada segumpal daging dalam tubuh manusia
Kita tidak tahu, amal mana yang akan diterima Tuhan.
Dunia tak abadi. Tak kan mampu dikejar. Lelah dan lelah.
Tembuslah embun pagi untuk memenuhi seruan semasa abadi