Jumlah mata uang yang pernah beredar di Nusantara tergolong banyak. Namun belum ada lembaga grading sehingga semuanya dilakukan di mancanegara
Masyarakat Numismatik Indonesia untuk keempat kali menyelenggarakan Indonesia Numismatic Show. Kegiatan itu untuk memasyarakatkan numismatik.
Ada anggapan harga uang lama mahal. Namun sebenarnya banyak yang berharga murah, terutama kalau kita beli secara borongan atau lelang.
Menulis adalah bekerja dalam sunyi dan bekerja untuk keabadian. Jika tulisan dianggap baik, akan dilirik pihak lain. Tulisan itu mencerdaskan.
Meskipun koleksi sama-sama bagus, namun koleksi yang sudah di-grading berharga lebih tinggi. Maklum perlu biaya untuk grading koleksi.
Di Indonesia pernah beredar uang kertas dan uang logam khusus Irian Barat dan Riau. Masa berlaku keduanya hanya beberapa tahun.
Banyak tulisan dan tayangan tentang 'uang kuno' yang tidak benar. Ironisnya, masyarakat awam percaya kepada tulisan dan tayangan tersebut.
Bank Indonesia awal Desember lalu menarik tiga jenis koin. Orang awam menganggap koin itu sakti sehingga ditawarkan dengan harga tinggi
Koin yang belum disertifikasi berharga murah. Harga akan semakin tinggi apabila sudah disertifikasi atau di-grading oleh lembaga internasional.
Lagi-lagi muncul berita hoaks tentang harga koin. Yang keterlaluan, dimunculkan oleh media yang asal mengambil informasi dari marketplace
Latar belakang sejarah uang yang panjang serta berbagai desainnya yang unik telah memikat banyak orang untuk mengkoleksinya.
Koin pemberian Museum Nasional dilelang di mancanegara. Ada kejanggalan pangkat dan masa tugas kepala museum yang disebutkan dalam memoar.
Hobi mengoleksi koin dan uang kertas dilakukan banyak orang seperti hobi mengoleksi prangko dan kartu pos, sebagian dilakukan sebagai investasi
Koin merupakan salah satu artefak bertanggal mutlak dalam arkeologi. Namun numismatik kurang diperhatikan sehingga masih banyak kekosongan sejarah.
Selama ini kita mengenal uang kertas dengan nominal 5, 10. 25, 50, 100, 500, 1.000 rupiah, dst. Dulu ada 40, 75, 250, dan 400 rupiah.
Uang lama, termasuk koin, telah berubah fungsi. Semula alat pembayaran, kemudian ditarik dari peredaran, selanjutnya menjadi benda koleksi dan mahar.
Masyarakat awam terlalu percaya pada tulisan abal-abal tentang harga jual yang tinggi. Tulisan seperti ini tentu saja membodohi masyarakat
Hobi numismatik pasti akan mengalami pergeseran sehubungan makin jarangnya transaksi tunai.
Mahar Kaesang sebesar Rp 300.000, menuai komentar masyarakat. BI pun ikut berkomentar. Semoga rakyat biasa mendapat perlakuan serupa.
Bank Indonesia mengeluarkan tiga nominal Rp 100.000 untuk mahar pernikahan Kaesang. Uang itu merupakan emisi 2022.