Bab X – Satu (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)Menunggu lama menjadi hal sangat biasa bagi Arjo. Usianya seolah habis untuk menunggu. Terlebih menungg
Bab X – Satu (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)Tidak ada orang yang tidak tertarik jika ketemu cewek fantik. Dan olleka memiliki kriteria tidak sekeda
Bab IX – Dua (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)Setelah berganti pakaian yang rapi dan wangi, Arjo hendak berangkat kembali untuk menemui Wasi. Sayangn
Bab IX – Satu (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)Arjo bergegas menyelesaikan mandinya. Mandi baginya menjadi salah satu rekreasi memanjakan diri sambil
Bab VIII – Tiga (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)Selain pertanyaan tentang kemungkinan adanya orang yang sengaja membuat kebakaran hingga memakan kor
Tiga hari sejak peristiwa kebakaran restoran Daun Bambu, polisi akan mengumumkan hasil pelacakan lanjutan terhadap penyebab kebakaran. Para jurnalis m
Berita tentang kematian pada pengunjung restoran Daun Bambu dua hari setelah kebakaran masih menghiasai layar kaca dan banyak media lain. Dari tujuh b
Suasana restoran sampai malam tetap ramai. Keluar-masuk silih berganti. Pelayan lalu-lalang untuk melayanan pesanan pengunjung. Alunan musik ins
Tulisan Restoran Daun Bambu terlihat mencolok pada papan nama iklan menggunakan lampu neon warna-warni, serta lampu kelap-kelip. Gedungnya berlantai t
Wasi tersadar dari lamunan panjang ketika ponselnya berdering. Cepat ia mengangkat telepon, rupanya dari Maminya. Ia segera keluar ruang perpustakaan,
Untuk mencari pengganti orang ketiga Wasi terpikir untuk mengundang Arjo. Itu ide yang begitu saja muncul di kepalanya. Arjo tentu bukan sebagai korba
Hujan mulai mereda, dan tak lama kemudian berhenti sama sekali. Akivitas orang di luar masjid, di belakang terminal bus itu, kembali sibuk dan r
Hujan belum juga reda ketika Arjo mengucapkan salam pada rekaat terakhir sholat Maghrib berjamaah di Masjid itu. Ia mengusapkan kedua telapak tanganny
Arjo menggunakan bus ekonomi untuk kembali ketempat tinggalnya. Di daerah padat belakang gedung-gedung megah kota metropolitan. Sudah mandi, ganti kao
tidak segera menanggapi pertanyaan Arjo. Perempuan tomboy itu justru mengamati lebih teliti kondisi kedua orang yang tergeletak di lantai. Setelah itu
Perempuan muda itu menoleh, dan tersenyum. Tanpa sedikit pun tergerak dari tempat duduknya. Lalu tertawa tergelak-gelak seperti orang gila. “Akulah pe
Hari beranjak siang, namun udara di dalam rumah tetap dingin. Di luar rumah sorot matahari tertutup awan. Suasana perbukitan dengan hamparan kebun teh
Sebuah minibus terpakir di halaman belakang, tersembunyi di antara pohon buah-buahan yang tumbuh pendek, Di seputar halaman tempat peristirahatan yang
“Peristiwa kemarin mudah-mudahan menjadi pengalaman berharga untuk perjalanan karier kita dibidang broadcasting ini. Kamu sebagai pembawa acara
“Sebuah cerita yang memalukan sebenarnya. Namun akibatnya memang sangat tidak mengenakkan.. . . . .!” Wasi memandang ke arah Mas Dayu untuk mencari re