Nasruddin OOS | Foto : Nasruddin OOS BLANGPIDIE - Saat anak-anak seusianya mulai melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun Mustaqim (20) terb
Hujan kembali turun disiang ini Pun bayangan mu telah beranjak pergi Tak ada bekasbekas luka mengangga Tak ada air mata kecewa Pun sedih hanya dia
Ketika Penguasa berselingkuh dengan pengusaha RAKYATLAH merana Duhai MANISKU… Langit begitu cerah membiru haru Ungkapkan, katakan, tataplah Kau m
Entah Rimbun menghimbun Lembut mengalun Ia adalah rasa Asa menancap Namun tertegun Aku, kau tak berbaur dalam rasa Mengintai sudutsudut waktu
Kau sudah melupakan, wahai bidadariku Kau telah kembali kekayangan Sulit dijangkau akal sehat ku Haruskah aku membenci pagi Ketika ia datang mimpi
Ketakmampuanku menciptakan sayap Seiring berterbangan burung pulang ke halaman Rentetan jiwa kian berpacu Diantara gejolak jiwa teduh Duhai kau pe
Wahai sang perempuan-perempuanku Ingin malam ini ku cumbui dirimu Lewat do'a dan untaian kata-kata kata-kata terbentuk dari huruf-huruf kaku Tapi
Kembali membuka jendela hati Diantara pagi menyapa mentari Ada yang datang menghampiri Ada rindu yang terobati Ada cinta yang tersembunyi Diantar
[caption id="attachment_131321" align="aligncenter" width="456" caption="Selamat Idul Fitri"][/caption] …dan pun bening embun merayap didedaunan
Berbagai macam hal telah menjadi kebutuhan dalam mengarungi hidup, menjalin hubungan lewat dunia maya telah merebak disemua kalangan. Seperti facebook
Pagi yang dingin dalam rentesan embun-embun hinggap didedaunan, ah sebentar lagi mentari muncul dalam gagah cahayanya, maka embun-embun itu akan hilan
Cinta adalah hal terunik untuk selalu diperbincangkan karna disemua lini dan sendi kehidupan tak luput dari sudut cinta. Ntah ada apa lagi dengan pera
Ketika mentari tanpa malu malu menampakan sinarannya diujung langit yang begitu biru namun diujung sana nan jauh terlihat kabut dari arah pandang ku.
Menelusi jalan diperempatan malam dalam hiruk pikuk kegaduhan suara suara penghuni malam yang terlewati yang hamper sepanjang jalan T.Nyak Arif kota B
Renungan Sebuah Kelahiran (22 Juni 2982 – 22 Juni 2011) Isak tangis bergema ketika pertama mampir kedunia Dalam canda tawa kerabat keluarga Te
Mentari begitu panas memukul kulitku siang hari itu pertama kita bertemu, ya selasa 14 Juni 2011, setelah jarum jam melewati angka satu bahkan menuju
Perlahan lahan mata terbuka dari lelap tidur sore hari, sorotan cahaya lampu yang dihidupan oleh seorang teman yang memang sengaja mengusik karna dia
Tarian tak jelas irama terlihat menggangga diantara gerimis turun sore hari, ya perempuan itu tersenyum manis dibarisan deretan took dengan tas dibahu
Tepatnya tiga tahun lalu Aku berdiri disana Menata mawar cinta Dan pada suatu purnama Aku menjelma melihat rona-rona cinta Dan merapikan rambut