"Kamu memang kucing yang hebat," bisik Rahayu, mengusap lembut bulu si kucing sebelum akhirnya mereka berdua tertidur dengan tenang, menyambut esok.
Sikapnya memancarkan aura tidak mengenakkan Menghentakkan kaki, bersuara berisik
Senja muram menunggu letih ketika hariku menjauh kutepis bias bayangan hitam.
Temanku bersedih, akupun ikut merasakannya. Ditinggalkan adalah hal pasti, tapi apakah kita siap?
bulan perak kejedot awan hitam yang sayulalu ia sembunyi di baliknya
kabut sendu: peron; bangku panjangkepak-kepak sayap jiwa-jiwa berharap: terang atau remang
Belum lama kurasakan menjadi tumbal pembesar gara-gara pagebluk, aku sudah merasakan lagi mimpi buruk, ironisnya di rumah sendiri.
Ditempat Kau biasa melintas, Tak kutemui jejak. Sore yang muram menghapus tikas,Juga angin meleburkan debu-debu; melayang-layang
Aku ingin Engkau hadir dalam kesepian tak bertepi.
Senja yang MuramSore tadi wajahmu memerahAku menyaksikannya dengan khidmatdan kuresapi sebagai isyaratKau sedang gundahTak seperti kemarinKali ini sen
Karena melalui jalan pulang yang itu-itu saja membosankan. Sama membosankannya seperti lukisan lama di kamar yang tak punya lagi daya tarik. Semakin s
Siapa? Siapa dia jika berdiri di tengah-tengah keramaian sambil membagikan pamflet-pamflet yang berisi tentang menu-menu dari restoran tertentu atau s
Kembali lagi ke jalan sepi ini Entah ini kali ke berapa kutapaki lintasan ini Berteman dengan kesunyian Bercanda dengan kehampaan * Tak ada warna
Apa kabar pagi ? Aku senang kau datang hari ini Kau memang slalu tepat waktu Apa ada sedikit cerita untukku ? Hay mentari trimakasih,sinarmu mem
[caption id="attachment_124260" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption] Senja temaram Menekuri jalan setapak kita Tak ku