Pepatah "mulutmu harimaumu" menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya menjaga lisan dari ucapan buruk.
Pernyataan "yang menyakitimu adalah fikiranmu dan harapanmu" merujuk pada gagasan bahwa penderitaan sering kali muncul dari pola pikir
Dakwah tentang bahaya penyakit lisan penting karena lisan adalah aspek sensitif dalam kehidupan manusia yangdapat mendatangkan kebaikan atau keburukan
Menjaga kebersihan mulut tidak hanya dari ancaman bakteri atau virus, melainkan dari peluang menyakiti orang akibat lecutan kata-kata tak terencana.
Saat kita menyadari kekuatan kata-kata, kita dapat belajar untuk menggunakan kata-kata kita dengan bijaksana, berempati, dan penuh kasih sayang.
"Jaga ucapanmu. Jaga sikapmu di mana pun berada. Karena mulutmu harimaumu."Picture by pixabayDemikian nasihat yang diberikan orang tua kepada saya sen
Jernih, jagalah hati, kendalikan diri. Mulutmu harimaumu
Minimalis bukan hanya sebatas barang-barang, kita juga perlu minimalis terkait makanan demi kesehatran badan dan bumi.
Ketika orang-orang di sekitarmu mulai banyak yang menyepelekan, menganggapmu gagal, merendaahkan, hingga semua yang keluar dari mulut mereka hanyalah
Sejak maraknya penggunaan media sosial oleh hampir semua orang, maka dampak dari sebuah ucapan bisa menyinggung perasaan jutaan orang.
Otak yang diisi prasangka, iri, dengki dan fitnah tafsir pribadi adalah sakit jiwa yang seolah paling benar dan suci tapi sejatinya lupa diri no aksi
Etika komunikasi akan menjaga tindakan kita selalu dalam koridor kesopanan dan norma masyarakat dan menghindarkan kita dari masalah yang tidak perlu
Ilustrasi Menjaga Lisan (Foto: The Economist) "Musibah lidah" itu tema acara bincang santai saya dan teman-teman minggu ini. Bincang santai adala
Dari mulut aku terbang melayang Tak lagi ku pijak bumi ini, lupa diri aku tersanjung