Aku muak bersikapBaik diinjak, bangkang dibungkamDunia begitu menjijikkanBanyak penjilat berkelana
Senja kala ituJingga warnanyaAku melihatnyaFenomena yang selalu adaDikala orang-orang telah lelah bekerjaTeringat nasihat orang
Puisi suka-suka bermain kata-kata satu-satu. Maaf kawan bila aku kawin duluan Aku adalah laki-laki yang tak laku-laku
Luka kian meradang, tak lagi kurasakan mereka membuatku muak
Aku pernah memujamu setinggi langit. Aku pernah kagum padamu seluas samudera
keegoisan manusia terhadap manusia adalah hal yang paling memuakkan
Demi pertemanan, Nara bersikap diam menerima segala sifat Jelita yang membuatnya muak. Namun, suatu hari Nara meluapkannya, satu kampus heboh olehnya.
Namaku Muak Tempat serapah menyampak Kami muak! Kami muak! Begitu teriak hinggap hingga telinga pekak
Alam semesta tempat manusia bersandar dalam hidup namun kebanyakan tingkah dan perilaku diatasnya disalahgunakan hingga membuat semesta muak
Para penempuh yang gugur dalam pusaran pembenaran, menutupi realitas dengan menghias-hias menjadi bias.
Jika bisa dibicarakan baik-baik, mengapa harus kabur?
Sakau ini adalah cerpen berkisah tentang seorang anak yang lepas kendali dan mencari pelepasan emosi. Broken home bukanlah akhir segalanya!
Bila cinta sudah dibuang, jangan harap keadilan akan datang
Kalau kau pernah kecewa karena suatu kebohongan, tak apa! Itu wajar, aku juga pernah.
Jangan salahkan aku jika aku menjadi pendiam karena Aku terlalu muak dengan sikap semua orang
Posesifmu terlalu berlebihan, sudah tak bisa digambarkan bahwa sikapmu itu karena sayang, dan sikapmu itu sungguh memuakkan.
Respek itu rasa hormat, enek itu muak, dan iri hati, dengki.
Puisi tentang kehidupan yang tidak selamanya mudah dihadapi.