Demi kata merdeka, Sang Saka tertunduk lesu. Menyaksikan anak-anaknya berkubang di ruang lengang yang sangat gagu.
Musikalisasi puisi karya Mas Mim Yudiarto, sebuah puisi yang menggambarkan kepedihan suasana kehilangan keluarga karena penyakit covid 19
Kesiur angin menyusup ketiak pepohonan yang dirimbuni kenangan. Jendela setengah terbuka dari rumah yang hanya dihuni masa silam, berkeriut balam. Men
Sebuah kidung menembus relung jiwa yang terperangkap di halaman buku. Buku yang disusun dari bab-bab kegelapan, keraguan, dan kematian.Syair-syairnya&
Aku bersua dengan matahari yang sedang memanen daun-daun cempaka. Di batas belantara yang ditandai dengan mata air yang berasal dari airmata perbukita
Ada bianglala yang terlahir dalam kegelapan. Tanpa matahari dan hujan. Hanya memantulkan warna-warna kelabu. Persis seperti tubuh masa lalu. Ketika di
Musim-musim berlaluan tanpa tercatat. Buku risalah telah penuh oleh coretan yang mampat. Sunyi dan segala rasanya saling berpagut dengan mesra. Menung
Almanak dan kota yang bersemak saling berpunggungan.
Aku merenung. Di balik bayangan mendung yang murung.
Aku sedang membaca buku. Halamannya terbuat dari robekan masa lalu. Banyak potongan rindu menyerpih di situ. Aku mengumpulkannya dengan hati-hati. Sep
Aroma hujan tak biasa. Menyinggahi kota yang lusuh berpeluh. Menunggui halte-halte yang sepi. Menanti keramaian di stasiun dan terminal yang tak lagi&
Aku kesulitan menggaris tepian langit yang patah oleh malam. Tidak ada rembulan. Hanya seusap senyum dari kamboja yang kedinginan.Barangkali aku semes
Mendengarkan kecapi perlahan menuruni perbukitan. Melewati hutan Damar yang dirimbuni oleh keranda dan pusara masa silam. Membuatku kembali memunguti&
Aku ingin, menjadi kata-kata yang dilahirkan dari rahim malam. Sebagai janin frasa yang menjerit-jerit. Dengan suara yang sanggup membelah pekatnya se
Udara yang cukup tipis menggigit dinginnya pagi. Matahari belum juga sepenggalah. Namun aku sudah lelah. Mencoba menggali kesetiaan Mataram.
Ini puisi. Lahir dari kisi-kisi petang. Ketika jarak antara langit dan bintang berada pada titik gamang. Syair-syairnya bermelankoli. Tapi menyala kar
Sebagian adalah percakapan, dan sisanya adalah kesepian.
Semerbak aroma hujan menyergap rerumputan. Sore ini, ketika sandyakalaning ratri menutup hari dengan rapi.Cemara dan Kamboja saling bertukar cerita. S
Malam siapa gerangan yang begini tenggelam. Larut dalam secangkir kopi sacetan. Bersama sedikit nyanyian. Dari lintang kemukus yang nyaris saja menjad
Sajak-sajak yang semestinya dirangkai dari kicau burung Prenjak, akhirnya terbakar oleh trotoar panas yang mengepulkan rasa cemas. Syair-syairnya mele