"Apa yang salah dengan kita?"
Dan kita perlu merelakan, atas setiap kehilangan.
Semakin aku mencoba menjadi versi yang "lebih baik" dari diriku, semakin jauh aku dari siapa aku sebenarnya.
Kalian harus berpisah dengan pasangan? padahal kedua pihak masih saling menyayangi?
Aku mencintaimu tapi harus merelakan mu bukan karena tak lagi ada rasa,
Rindu yang tak akan berujung bertemu. Kepada kekasih yang pergi bukan karena putus. Haruskah tutup buku dan biarkan semua kenangan berlalu?
Kau isyaratkan pamitmu melalui mata, Tapi jangankan membaca mata, Memahami kata-kata saja ia tak bisa.
Anak tunggal yang ingin mewujudkan impiannya untuk berkuliah di luar kota
Sebab Cinta Kita Masih Hujan Maka Kita Mengupayakan Bebas Dari Guyurnya
Puisi keenam dari sembilan rincian judul puisi tentang Selagi Bisa, khususnya tentang Selagi Bisa Merelakan Kehilangan. Semoga bermanfaat.
Sebuah jalinan persahabatan yang tidak sengaja mengikat embun dan senja, menyatu dalam sebuah arti kata jatuh, tumbuh dan sembuh
Penuh harap dalam gelapMenyusuri sudut ruang tanpa lelapSeolah cahaya terang melintasMenyapa dengan sangat tegasCahaya yang hanya bayangan..
Sebenarnya tidak ada yang abadi di dunia ini. Namun, entah kepada selalu saja berulang dalam setiap reka adegan. Baik masa silam atau akan datang.
Berat, bahkan berat sekali. Rasa ini sudah terlanjur dalam. Baca selengkapnya puisi tentang merelakan di sini
Puisi yang mewakilkan sebuah perasaan yang diam-diam berlabuh ke dia
Puisi ini menceritakan tentang kisah dan kasih pasangan yang harus berpisah
Ditulis untuk kamu yang sedang belajar mencintai orang yang saat ini ada, dan mencoba realistis untuk melupakan dia yang lain, yang tidak pernah ada.
Aku sembunyi dari siang yang panas Agar kau berhenti menjadi tameng terik matahari
puisi tentang merelakan, puisi tentang pengorbanan, puisi patah hati, puisi cinta, puisi singkat, contoh puisi