Untuk setiap engkauPenghuni persada Ibu Pertiwi
Sepanjang waktu kita tidak terlepas dari kuasa Tuhan, Maka rayulah
Benarkah aku tertidur di matamuAdakah kau merasa hadirku? Tatkala matamu memejamBagai senja dipeluk malam
Sentuhan lembut, pelukan, atau ciuman bisa memperkuat kata-kata manis yang kamu ucapkan.
Melepas Kenangan Melingkar di Jemari Hati, Dingin malam yang menyapa
Maafkan aku Tuhan, Aku merayu-Mu saat lemah saja
Aku merayu-Mu dengan binar sayuDiiringi geletar kalbu penuh rindu
Puisi ini mengungkapkan keyakinan penyair bahwa setiap individu memiliki hak untuk hidup & berkembang sesuai dengan kehendaknya sendiri
Suap janganlah kau terima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutar balikkan perkara orang-orang yang benar
Kau seolah merayu dengan senyum manja di tipis bibir merahmu
Pergunakan waktu dengan baik, pada akhirnya kita akan sampai dimana senja pun menghampiri
Proses merayu pada pemilikmu. Baca selengkapnya di sini
Proses negosiasi kepada tuhan membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.
Merayu Tuhan dengan cara yang dihalalkan
Sepintas ku menarik selimut untuk pulang sejenak kerumah peraduan
Duhai bidadari. Peluklah tubuh ini dengan erat. Hingga dinginnya hati kembali terasa hangat.
Begitu indah apa adanya dirimu tak perlu sibuk bersolek habiskan waktu. Bila hati telah temukan getarannya bahagia memenuhi raga dengan segala rasa
Aku memilih menepi di pinggir jalan yang sepi. Menatap jalan yang penuh misteri... Baca puisi Merayu Tuhan di sini