Tata kota yang mengabaikan alam, sering menjadi malapetaka di kemudian hari. Daerah resapan menjadi sangat terbatas
Puisi tentang asmara. perjalanan hidup yang sunyi, kala senja yang suram
Agustus datang lagi. Kali ini membawa serta gelombang panas. Angin kencang pun ikut membonceng. Ah, agustus kerontang.
hari-hari kurus, hutan meranggas, angin berhembus sesak, paru-parunya telah rusak
Saya pohon beranting kering. Sebab saya pohon yang kesepian. Saya memang hanya sebatang pohon meranggas.
Malaikat tanpa sayap adalah seorang ibu, mencintai tanpa syarat
Dulu, Aku adalah hujan bagi dirimu yang kehausan, kini AKu hujan yang meranggas kepedihan
Keadaan yang mencemaskan; ketika malam, hujan dan rindu menjadi satu kesatuan yang mendera lahir, merasuk batin
Rindumu tlah mengering meranggas, berserakan kepercayaan kepadaku
Sebuah puisi kehidupan tentang permohonan agar terhindar dari kesedihan.
Seseorang yang menanam dan memelihara cinta diawal kisah kasih untuk kekasihnya, akhirnya luruh dan pudar di makan waktu.
Kemarau menghadirkan kisah tersendiri bagi kawanan Jati. Udara dan guguran daun kering.
Selamat menikmati dialektika
Udara membawa deru-deru panas. Mengeringkan rumput-rumput gersang
Angin berlalu begitu saja dalam bisumembawa kering yang mengriputkan kulit dan debubegitupun hati yang mendadak bertabur kelukarena kisah kembali jadi
Angin berlalu begitu saja dalam bisumembawa kering yang mengriputkan kulit dan debubegitupun hati yang mendadak bertabur kelukarena kisah kembali jadi
By: ASN: St Petersburg, 30 April 2014 Dalam dingin yang menusuk Kau kehilangan daun-daun hijaumu Sisakan batang kokoh dan ranting-rantingmu Kau
Aku suka suara daun kering yang terinjak. Seperti berteriak marah, sekaligus pasrah tanpa daya. Aku suka melihat daun yang berguguran. Menerbitka