Hujan tak bisa disalahkan karena menggenang di halaman
Perjalanan menyusuri Sungai Mahakam dari Kutai Barat menuju Mahakam Ulu. Menikmati pemandangan sepanjang sungai, menyiratkan kerinduan wajah kekasih
Persembahan puisi buat Gunawan Maryanto (Cindhil) Seorang aktor, penulis, sastrawan, penyair, pujangga dan sutradara teater kebangsaan Indonesia.
Hatimu seumpama hujan Meluruh kapan-kapan Tanpa tahu kapan hening Tanpa tahu kapan benderang
Selepas HujanUdara menjingkat memenuhi berandaMemenuhi ruang-ruang basahAnak-anak kecil masih hikmat berlarianMengejar mimpi-mimpinya semalamYang diya
Sajak JanuariTelah kusisihkan uang,Untuk membeli sepatu boots dan mantel,Ketika lembar baru kalender mulai di cetak.Kemudian ku teliti massa otot,Sang
Putihnya Salju Pun Masih BernodaSepucuk surat telah tiba,Katanya di tempatmu salju menutup segalanyaIni adalah kabar terakhir yang mungkin akan aku te
Air datang tak diundang menggenang di teras rumah, lama kupandang karena tidak seperti biasanya, aku biarkan tanpa perlu meradang karena memang sudah