Usai sholat jum'at. Aku segera pulang. Amak menyambutku di pintu. Kau tak ada. Aku beranjak ke kamar, bertukar baju. Saat keluar kamar. Amak berdiri d
Kau bolak balik. Ke bawah temui Amak, Kemudian menyusulku di beranda. Lebih dari tiga kali seperti itu. Kuanggap biasa prilakumu.Aku masih fokus seles
Pagi itu, jum'at. Aku duduk di beranda lantai dua. Tak ada jadual untuk mengajar. Satu minggu lagi ujian semester. Aku mesti bersiap menyusun naskah s
Bersisa sepuluh menit. Agar jarum pendek bergerak ke angka dua belas. Malam itu tak banyak ide. Kumanjakan pendengar dengan lagu. Sesekali Endi memand
Hampir pukul lima sore. Aku di dapur temani amak. Bulan ramadhan selalu membawa perubahan. Pola makan, waktu tidur juga kegiatan Amak. Biasanya sejak
Tak lagi ada suara. Kau diam. Matamu menikam manik mataku. Pilihanku pun diam. Redam rasa. Simpan asa. Tak perlu kuhambur ujaran. Kau tak lagi butuh u
Beningmu ungkapan rasamu. Bersama lalui waktu berdua. Tak banyak kuduga. Untuk apa dan pada sesiapa airmata itu dituju. Ramuan tangismu. Bermacam arom
Siang itu hangat. Terik matahari di angka satu. Terdengar, jejak langkah naiki tangga. Tak perlu kutanya. Wajah Amak hadir di ujung tangga. Pulang dar
"Mamaaas! Bangun..."Awalnya, sayup kudengar. Hingga kubuka mata. Kau sudah duduk di sampingku. Tawamu jadi asupan energi. Kebiasaanku, tidur di depan
Jelang maghrib. Sampai di pintu rumah. Kulihat Amak duduk di ruang tamu. Membaca alqur'an. Kuucap salam. Amak berhenti mengaji. Menjawab salam, kemudi
Sejak tadi, tak lagi ada tangismu juga jawabmu.
Aku terdiam. Nyaris sembilan tahun kutunggu nyalimu. Agar aku bisa mengenal keluargamu. Tak lagi sekedar cerita atau foto milikmu. Acapkali tanyaku. P
Tak bicara. Sepiring nasi kuajukan padamu. Dalam diam, terpaksa kau habiskan. Selesai makan. Aku segera berdiri. Sambil berlalu, kuacak kepalamu saat
Aku baru sampai rumah. Berselisih di pintu dengan Amak. Kukira baru pulang dari sholat zuhur di masjid Al Jihad."Baru pulang?""Iya!""Ada Nunik!""Hah?"