Karena dalam ketidaktahuan, ada keindahan yang tak terdefinisi.
Saat aku melihat ke dalam matamu, aku menemukan cinta sejati.
Kupercaya, suatu saat nanti kita akan bertemu kembali,
Ada rindu yang terlelap di isi kepala dan berdiam di lubuk hati
Vhince P.Nafas-nafas puisiku setia berdetak sedang rindumu bergelora memuncak siapa yang akan kita salahkan kelak
Telah kau gapai rindu di denyut dada beralun melanda
Malam itu menyimpan luka disiang hari, di sudut rembulan ia berkeluh kata, kalau aku rindu membawa luka
Sudah delapan tahun, Sejak aku membaca puisi terakhirku untukmu, Di depan sebuah danau kecil di dekat kampus biru
Aku bersembunyi di balik matamuKetika embun tebal jatuh di pipimuRindu ku mengamuk dalam jiwakuIngin sandar mu tetap di pundak ku
Atas nama rindu bahkan cinta kau merana di batas asmara dengan sepenuhnya menjadi tawanan
izinkan aku melihat ke dalam jiwamu, adalah kunci hatiku, berbicara kepadaku tanpa kata-kata, membuatku terpesona
Sampai nanti senja menyingsing tak'kan kubiarkan malam menggelapkan matamu dari bulan dan bintang-bintang di langit. Awan hitam apalagi.
Di matamu, terpantul wajahku. Bila kukecup mata itu, yang kukecup diriku.
Puisi jatuh cinta, pemenang hati. Teruntuk ia yang menjadi penakluk hati
Buat, kisah dan catatan, yang terbengkalai di 13 waktu di dalam suluk. Kau datang sore itu:
Aku sekedar memandang, menikmati dan membiarkan air matamu terus mengalir.
Tangisannya kehadiranmu, kebahagiaannya saat bersamamu, jadi jagalah ia seperti sebelumnya pernah membesarkanmu
rembulan di matamu bersinar begitu indah menggoda hatiku dalam pesona yang memikat seperti kilauan permata di malam yang sunyi
Air matamu berlayar tanpa ada tujuan, aku merasa bersalah tentang itu semua