Kala tidak lagi menemukan loper dan koran cetak seperti dulu, saya benar-benar tersadar bahwa teknologi informasi sudah berkembang pesat saat ini.
Berapa banyak kita menjumpai loper koran akhir-akhir ini? Ia pernah menjadi ujung tombak dari industri media cetak. Bagaimana nasibnya sekarang?
Saat membagikan keripik pisang, bertemu dengan loper koran yang berjalan tertatih-tatih. Kaki kiri sakit, tapi ia harus tetap berjuang mencari uang.
Son sumringah, 50 eksemplar koran yang dibawanya ludes terjual. Dia bisa pulang lebih awal berkat "Sihir Sambo"
Media seperti koran dan majalah sudah habis ditelan media online. Loper koran pun tak lagi muda ditemukan. Namun saya masih menemukan di RSCM.
Sambil bercerita dengannya di parkiran sekolah, saya mencoba untuk mengetahui latar belakang mengapa ia menjadi loper koran.
Berkat papaku yang juga seorang loper koran, aku jadi dapat kesempatan membaca majalah Bobo setiap diajaknya mengambil koran.
Entah kenapa saat tadi perjalanan ke kantor tiba-tiba teringat kisah masa kecil yang suka membaca koran. Kini lupa entah kapan terakhir membaca koran&
Sosok inspiratif itu adalah Bapak Bejo Purnomo, pengantar surat kabar yang sudah menggeluti dunia Loper Koran sekitar 15 tahun yang lalu.
Bisa karena biasa. Ritual membaca telah berubah, dari lembaran koran ke monitor gadget dan komputer. Lambat tapi pasti, banyak pelanggan telah beralih
Bismillah,Selama pandemi ada banyak elegi atau cerita pendek tentang kehidupan anak manusia. Kita bersyukur kepada Allah karena dalam kehidupan ini ba
Dengan segala persaingannya dengan media online, bagi saya, koran tetap menjadi pembeda bagi para pembacanya.