Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul HalimBerakhirlah kematian sungai, ketika seorang anak kencing di debu yang seharusnya menjadi tanah subur selimut b
Bintang purba melemparkan quark ke Bumi dan menghancurkan gerbang depan menelan kaca jendela.
Ikhwanul HalimDenting kecapi menyublim dari filsafat menjadi cermin, candu yang menyerang neuron.
Maha Sempurna Tuhan menciptakanmu sebagai salah satu bagian dari takdirku.
Sebuah puisi yang mengajak kita untuk selalu menjaga kelestarian bumi dan alam semesta.
Puisi tentang kenangan yang muncul ketika hujan, dengan perasaan sempurna.
Mimpi yang seolah nyata, terlintas di jiwa kami bertiga. Bermimpi, Anakku yang ketiga mengharap pertolongan pada kami sekeluarga.
Ia tenang memasuki padang. Mayat-mayat tumpang tindih dan membujur lintang.Ia berjalan diantara mayat yang terserak.Akime, nama gadis itu.Paras bundar
Kemudian dengan penuh semangat ia melanjutkan,"Pasuruan, Surabaya, Wirasaba hingga lereng Penanggungan telah kembali mengakui kekuasaan Demak sebagai
Jedaku kali ini untuk semoga.Membentang istirah sebagai pembatas kelana.Tentang apa saja kau suka dariku itu mengapa.Untuk kemana atau siapa, cukup en
Hehujan kembali tandang.Rerimisnya menimpali bimbangyang menggelayut gelap pada sebuah bayang.Bebayang senyum yang mendian,tatkala sedang menari bersa
Tengggelam dalam lautan kata - kata diam.Semakin tercekik kebisuan. Menjadi belulang kemudian.Menggeletak sebagai onggok tanpa bisa tertengok.Sebelumn
IMembuka kembali gerbang kisahlewat sampul yang kian melusuh.Merintih dalamnya ada bait - bait suram.Sesekali lembarnya terbahak berkalang sajak.Ingin
Angin utara. Kembali padamu kali ini.Membawa aroma hujan penghujung senja,kala putik - putik bunga menari dalam sunyi.Sunyi pembungkus rima lenapada t
http://danzza.com/images/fd8/raindrops-falling-design-1.jpeg Sayang,
tanyakan pada dunia, apa itu cinta? yang terus mengangkangi tentu bukan cinta yang tak harus memiliki jelas tidak cinta tapi cinta selalu saja cuma ci
” Kalimat ini yang ditulis oleh Kompasianer Adhieyasa Adhieyasa, dalam artikelnya yang segar saat memberi opini tentang fiksi versi pribadi. Dan
Senja hanya sebentar Kucumbui senja di pangkal gelisah Pada laut berliur di tepi lidah, kulampiaskan sepi yang menanah Pada angin menyusur di ujung