hari-hari kurus, hutan meranggas, angin berhembus sesak, paru-parunya telah rusak
Rizaldhy Chaniago, teman di group menulis Kompasiana Berbalas. Orangnya rendah hati dan ramah, tidak pelit ilmu. Sekarang sedang ultah.
Puisi tentang seorang lelaki yang selalu merindukan kekasihnya yang seolah selalu hadir membangunkannya.
Ditempat Kau biasa melintas, Tak kutemui jejak. Sore yang muram menghapus tikas,Juga angin meleburkan debu-debu; melayang-layang
Bukan Perempuan MalamPerempuan biasaPemilik mata indah berwarna cokelatDi atas kepalanya balutan kerudung hijau toscaMenutupi mahkotaMenyelubungi pand
* Puisi Sebelumnya: Siapakah Dirimu yang Hendak Ku Bawa Pulang https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5fc8bda9e32c4778e55ba872/siapakah-dirimu-yang-h
Rizal De LoesieLangit tak pernah sempurnaGurat awan menutup hijau atau putihMerah saga, saat kau hampar mata senjaKita pandangi ketika piuh hati
Rizal De LoesieGagal mendapatkanmuAdalah tabah yang kujadikan rumahDengan jendela-jendela asa lantai iman dan taqwaAtapnya ikhlas melengkun
Rizal De LoesiePada sudut mataku kubayangkan engkau selayak rinaiHujan yang di bawa sepihan angin dan pokok randuDaunnya rimbun dilamun rinduItu juga
Helai-helai rindu di kelopak mawarSeperti ku titip di pintu rumahmuSaat hujan rintik perlahanMenumbuhkan kecambah-kecambah rasaserambi hat
Rizal De LoesieTelah berkali-kali kubalut luka nganga itu agar tak berulat dan daun-daun tumbuh di sana. Tetapi tukak tetap membengkak menyimpan
dan alampun menjadi lindapangin basahdebu-debu mengendaplebur di tanah erat mendekapbenih-benih baru tumbuh kecambahberharap rindang hijauakan merimbu