Malam yang cerah, cahayanya bersinar indah, purnama di kala ini, sungguh mulia nan suci.
Baca puisi "Menatap Waktu" karya Kompasianer Mettasik Lily Setiawati Utomo di sini
Aku Berada Kini (gambar: radiofrance.fr, diolah pribadi)Di tempat sunyi,di keheningan nan sepi,riak dunia dalam ramai,tak akan terdengar
Perjalanan ini sangat terasa maknanya,apa saja yang terjadi di setiap ceritanya
Angin bertiup jauh pergi, hujan pun mengikutinya...
Aspirasi menyentuh hati, di mana butuh kebajikan pendukung
Jangan tertipu usia muda, karena syarat untuk mati tidak harus tua,
Dalam kenyataan hidup di dunia, rintangan memeluk derita, diri pun terasa lelah dan lemah,
Aku melihat pintu terbuka, pintu yang dulu kau buka dalam langit jiwaku
Mengapa di dunia ada manusia, awalannya entah di mana, memang sudah ada sejak semula,
kenyamanan yang menyelusup di relung sanubari, detik waktu pun seakan berhenti.
sebagai panutan laku, Dhamma yang dilaksanakan, untuk menyelamatkan diri,
Tak mudah terlahir di kehidupan manusia, banyak pula kesulitan yang dihadapi
Sunyi nan suci, bersinar teranglah bulan purnama, di Taman Rusa Isipatana
"CAHAYA" yang diciptakan oleh Ananda Susilo mencerminkan bahwa kehidupan tidaklah selamanya mulus
Aku hanya manusia biasa,bukan yang sibuk, atau menyibukkan sendiri,akan kemilau dunia yang menipu
Napas dan langkah akan memungkinkan, menyadari dan menyentuh hakekat kehidupan, yang menenangkan tubuh dan pikiran,
Saat berhenti di batas ini, antara cinta dan benci di kehidupan ini,
Puisi tentang hidup yang penuh makna dan menjadi berkah untuk semua.
Puisi: Datang, Lihat, Buktikann (gambar: allure.com, diolah pribadi)Dhamma tidak hanya dipercaya tanpa klarifikasi,tiadanya perhatian, pengertian, dan