Seakan bungan yang menjadi layu, hanya aku yang bisa mencintai diriku sendir, hatiku sakit saat bahagianya.
Luapan hati orang tua pada harapan akan anak Bulan pun jatuh ketika kau layu
Gadis kecil, engkau melati layu yang tabah, menghadapi dunia dengan hati yang gagah.
Perasaan Seorang lelaki merasa tak beruntung untuk menjadi kekasih dari perempuan selama ini di kaguminya, Seolah keadaan, waktu tak berpihak padanya
Rintik rintik derita merasuki jasadku, Menggigil tubuh menahan demam
Ada doa di setiap malam yang terlantunkan perlahan dan berbisik
Sebatang pohon bodhi berdiri kokoh, Tegak tinggi menjulang menantang langit, Bersiap menerjang lawan yang menghadang
Sajak ini berisi tentang keragu raguan penulis terhadap hatinya
Sudah lama tak jumpa. Sampai ku lihat lumut disekitar rumah. Bagaimana kabarmu dan tanamanmu?
Waktu berjalan cepat Raga semakin lambat Aku yang ditempat Berharap selalu sempat
Waktu berlalu sangat cepat Baru saja pagi dan sudah malam lagi
Bahwa semua yang menarik itu belum tentu cocok untuk kehidupan kita maka jangan mudah tergoda.
Dalam perjalanan hidup kadang kita merasa tertekan Derasnya badai dan tantangan membuat semangat terkikis
Keindahan bunga itu telah hilangKarena layu dan rapuh diterpa badaiSungguh malangTak seperti dulu lagi
Pancaroba dan dinamika hubungan dengan segala proses di dalamnya mengantarkan pada komitmen menjadi sepasang kekasih.
Untuk mengatasi tanaman yang layu, harus berhati-hati dalam mengidentifikasikannya agar tidak salah dalam menangani hal tersebut.
Dikau yang lesu sedang butuh semangat baru
Ini pagi yang sama Kau duduk di kursi favoritmu Sambil menyesap kopi seduhanku