Cerita dimulai di sebuah desa kecil yang teduh, di mana seorang gadis kecil bernama lara tinggal bersama neneknya dalam sebuah gubuk sederhana
Dalam lakuna. Aku kembali berkelana. Bersama aksara. Dengan harap amerta.
Pertikaian tak akan menyelesaikan masalah melainkan menumbuhkan masalah baru
Air mata yang mengalir karena terluka oleh kata, membuat air tertahan luka. Ada Lara yang tersimpan di balik membendung air mata. Sekian doa terucap.
bayang mata mulai berkacasiapa gerangan hendak di tanya
puisi ini menggambarkan tentang janji seseorang pada kekasihnya namun takdir berkata lain
Perjumpaan seorang dengan seseorang Elok dipandang, wajah sumringah
Lara MemantikLuka kalbu menyayatAliran nadi seakan terhentiRisau mencekam menyelimutiAsa yang menggelora terhempaskanMengekang nadi kian mengikat
Sampai aku berpikir melihatmu makan dan tersenyum kembali...
Bila ternyata ini akhirnya. Aku tak akan ingin memulai
Gambaran seorang gadis yang kuat menghadapi lara, sehingga tak perlu penghiburan dari benda2 langit yang menatapnya.
Dan apabila kau tahu, itu pasti karena semesta memberimu petunjuk dan pertanda bahwa aku ada
Pada masanya jiwa yang rapuh itu pun bangkitTerseok berjalan dalam sebuah harapan dan keyakinan
menyisakan getir pada sepasang bibirdalam embun yang terjatuh pada daun
sebuah rasa yang tidak bisa di artikan dengan kata.
Usah Kau Lara Sendiri Kulihat gumpalan awan mendung di matamu
Puisi ketujuh dari sembilan rincian judul puisi tentang Berguru, khususnya tentang Berguru kepada Duka kepada Lara. Semoga bermanfaat.
Puisi ld: Dengan riang Menyambut fajar esok hari Berlari