"Bagi jiwa-jiwa lelah: Ingat, setiap tetes keringat adalah medali. Istirahat bukan menyerah, tapi mengumpulkan kekuatan baru."
Puisi ini menggambarkan tetang situasi medan perang kurusetra saat perang antara Kurawa dan Pandawa dalam perang Bharatayuda
Kisah asmara Maharesi Bisma dengan Dewi Amba yang tuai karma.
Tak ada lagi Pandawa dan Kurawa untuk sementara. Duka meruap lebih dari selaksa..
Mendata ruang ruang waktu dan suasana, beserta fenomena dan dinamikanya, ke dalam sebuah setting dilema
Lampu gedung belum padam. Asap sudah disemburkan di atas panggung. Lampu panggung mulai bergerak dinamis. Chaos pun terjadi di panggung. Pemain berjal
Srikandi terdiam. Tiba-tiba rasa muak menjalari seluruh syaraf tubuhnya. Anak panah sudah sedari tadi terpasang di busurnya mengarah pada Bhisma yang
Sepertinya sudah menjadi sifat alamiah manusia, sangat mudah dipenuhi perasaan-perasaan sedih. Emosi jadi mudah tak terkendali, dalam keadaan seperti
Mata Bambang tampak merah menahan kantuk. Di tangan kanan dan kirinya terjinjing kardus besar. Dengan langkah terhuyung-huyung karena menopang sebuah
Sore nu turun dipapag widadari. Ngaliwatan katumbiri. Lir ceurikna Dewi Gandari mangsa rengse perang tanding. Ngungun dina pigura waktu. Hateup langit
Senja sudah melingsir malam Perangmu di padang kuru setra belum jua usai Panahmu menghujam raga-raga tak bernyawa Pedangmu membabat tubuh-tub