Wijaya kusuma merupakan bunga harapan dan kebahagiaan bagi si pemiliknya, bunga yang mekar di malam hari,mahkotanya yang menawan wanginya yang memikat
Puisi ini dibuat sebagai bentuk rasa cinta penulis kepada sekolah yang sudah memberikan begitu banyak nilai kehidupan kepada penulis.
Kehidupan datang silih berganti, memberikan yang terbaik untuk semua.
Ekspektasi sesorang ketika pagi hari datang, dia terbangun lebih awal dan menikmati suasana, mengharapkan kekasih datang menyapa namun tak terjadi
Hari Sabtu menjadi hari yang begitu kami nanti. Di hari itu, anak-anak membaca majalah di perpustakaan dan mendengarkan cerita yang saya bawakan.
Di ujung paling timur belum muncul cahaya
puisi cinta, puisi tentang malam, puisi tentang bersyukur, fiksi tentang harapan, fiksi tentang mencintai diri sendiri
Rekahan hujan meluruh, menyelinap pada kuncup bunga-bunga merekah.
Pada sebuah menara, si pemuda bersila laksana Ganesha nan bijaksanaTatapannya tajam menantangSenyumnya mengembangMimpinya tegak terpancang, jauh
Lagi dan lagi aku mengamatiTiap lekukan alur kelopakmuSaat masih tertutup semuaSehingga mahkotamu tersembunyiAman tentram di dalam naunganDekapan kelo
Aku merapuh..Karena kau lihat dia ..Aku begituKarena kau bandingkanAku akan jatuhKarena sudah waktunyaAku tak kan tergantiKarena akulahAku pun luruhKa
biasa tanpa jeda tanpa pesona berbeda bahkan, tiada kuhiraukan awalannya ------------ tetapi . . hadirmu tiba-tiba sentakkan diamku,