Sebuah refleksi Hari Anak Nasional menyikapi kenyataan miris dan menyedihkan di depan mata. Silakan share jika Anda setuju, terima kasih.
Kecanduan menonton video porno pada remaja ditinjau dari aspek Psikologis
Konten pornografi sudah tidak bisa dibendung (lagi). Selalu ada celah dan bocor. Bisa berupa video porno, teks berasa porno, dan iklan dewasa
Semakin dilarang, orang akan semakin penasaran untuk mengetahui hal yang dilarang tersebut. Itulah daya tarik sensor. Bagaimana kita melindungi anak..
Mencegah lebih baik dari mengobati. Pepatah ini lebih cocok diaplikasikan oleh orangtua pada anak.
Saat ini, konten dewasa (porno) hadir dalam berbagai bentuk dan dapat ditemukan dengan berbagai media; video, kartun, game, audio, atau tulisan.
Butuh kerja keras orang tua untuk mencegah anak tidak terkontaminasi dengan konten-konten negatif yang beredar.
Selain orangtua, guru juga memiliki kontrol kepada peserta didik agar terhindar dari paparan konten porno dengan melakukan langkah berikut
Melihat konten porno bisa mengarah ke perbuatan yang asusila
Di dunia digital saat ini, konten yang pornografi berterbaran di dunia maya bahkan iklan-iklan pop up selalu mengarahkan pengguna
Konten pornografi bukan hanya sekedar video ehem ehem yang mengharuskan pengguna mendownload VPN untuk mengaksesnya, tetapi lebih dari sekedar itu.