Aku pergi ke pesta dan ingat pesan darimu. Kau memintaku untuk tidak minum alkohol. Jadi aku minum ‘kopi’. Aku merasa bangga pada diriku sendiri, sepe
Puisi Novel Melukis Langit Babak Kedua Puniawati meremas ponsel dalam genggamannya, menghisap rokoknya dengan kuat, lalu menghembuskan asapnya dengan
---------- Tit. Lea membaca pesan masuk di ponselnya. Dari Lucas. “Hai Bro, ketemuan yuk. Aku lagi di Jakarta nih.” “Boleh. Kapan, di mana, jam ber
Puisi novel Melukis Langit Babak Pertama. Ketika Mendung & Badai Mulai Datang. Selamat hari Jumat. Selamat ngopi. Selamat apa saja. Semoga bahagi
------------------------------ "Rose, sorry aku cuil puisi ini dari novelmu, sorry juga aku protes keras padamu." "Protes? Tentang apa?" "Kam
Ada apa dengan hari ini? Kopi malam ini hambar sekali.
Tubuh Daya menggigil menahan sakit, sementara Luka memeluknya erat dengan airmata berderai. Lebih dari setengah hari keduanya duduk di bawah kamboja d
Rindu berdiri tak bergerak di depan pembaringan, memandangi kekasihnya yang sedang terlelap di sela sisa deru nafasnya. Air matanya tak berhenti menga
My dearest You,,, I write this do not mean I want to be everything to you. Just put a piece of miss you. So that I could open my door and do not let
LELAKIKU Berbisik berkata bertanya berjanji bersumpah Dialah segalanya bagiku bagi hatiku jiwaku hidupku Dialah milikku akulah miliknya rindunya ci
Rantai,,, Kata,,, Kata rantai… Bertanya pada bulan, ingin membungkam nada dan tanya,,, membasuh luka hati tiada henti dan jeda,,, mencari jejak di
Untuk apa jika aku berkata pada hitam dan pekat malam, saat belaianmu membunuh semua nafas harapanku, indah kalimatmu memcabik senyum kehidupanku,
Patuh Dan Rapuh Patuh,,, patuh,,, patuh,,, Melebur diri dalam tataran dan tatanan Tanpa batas dan tiada sanggahan Melaju menambah timbunan Timbun
Aku letakkan tiap helai dari bulu sayapku memahat begitu indah dan kuat, agar aman dari angin bertiup lalu terbang ke semua penjuru bahkan kegelapan