Disetiap karya sastra, buku, dan puisi sering kali ditemukan bahasa kiasan atau kata kiasan.
Kita bukan di takdirkanUntuk bisa bersatuDalam suatu hubunganHakiki sejatinya manusia
Kita bukan di takdirkanUntuk bisa bersatuDalam suatu hubunganHakiki sejatinya manusia
Di dalam kotak, mimpi bersemayam, Terkurung dalam bingkai kiasan
Semakin mendekat waktu, tak perlu menunggu senja untuk merasai puasnya batin yang Disayangi Tuhan.
Kamisan hanyalah kiasan, Tangisan itu guyonan, Penuntasan atas nama HAM, Merusak janji...
Berbahagialah! Perayaan penuh bunga ini untukmu. Selamat atas semua kesabaran!
Masih banyak wishlist tempat yang belum dikunjungi.
Laksana gambar yang terpampang indah di pigura. Banyak yang hanya melihatnya sekilas mata. Tanpa tahu, itu hanya sebatas penutup duka.
Kadang, ada badai yang menerpa siang yang cerah,Sebagai kiasan akan ujian yang harus kita lewati.
Aku tetap bertahan dengan 14 bait menyakitkan.
Semoga tulisanku bisa bermanfaat dan aku bisa menerbitkan buku suatu saat. Karena aku menulis rentetan cerita ini berhari-hari dan aku edit sedemikian
Lembaran buku yang telah kututup rapat,Tak akan kubaca lagi,Tubuhku yang melemah,Asam lambung seolah menjadi pertanda,
adalah ketika aku sudah menyatakan perasaan ku, dan balasannya adalah “kita temenan dulu aja yaaa, maaf gak bisa lebih".
Aku acap kali meminta maaf, tetapi kamu tidak mau dengar sepatah kata pun yang keluar dari mulutku
Di rumahmu waktu itu, banyak sekali anak kecil yang bermain riang gembiraKau merayu bayi, aku yang terkesima dengan apa yang kau lakukan barusan
Aku yang jahat waktu itu, rela melukai hati seseorang dengan mencintaimu sepenuh hati.
Jangan menjadi bara, jika yang dia inginkan adalah abu
Ketika itu, untuk pertama kalinya aku dan kamu dihadapkan di satu ruang.Kamu terlihat gugup, membekas di kepala ekspresimu itu
Lirikan mata menghujam pedang,Begitu tak pedulinya dirimu akan kehadiranku.Ketidaksiapan aku mengenal kesepian, namun masih terkendali