Sunat KeroyokanWajah Jack sumringah. Bingkisan uang saku, sarung dan baju koko telah diterimanya. Kang Diman dan becaknya sudah menunggu Jack.Dialah J
Dia, lelaki yang berkelebat di antara debur ombak samudera. Mata berhias celak hitam legam, tajam menghujam ke dalam setiap dada yang menatap.“Aku, le
"Aku bukan pendosa!Ia memberiku tanggapan yang salah. Ia menilai dirinya terlalu tinggi. Tak pantas ia bernapas lebih lama dari seekor nyamuk. Tak pat
Kasar menarik lengan orang alim lalu geramnya,"Aku seorang pejalan kaki. Bertegur sapa dengan iblis saat melewati jalanan penuh duri. Ia melihatku dal
Lampu-lampu sorot belum padam. Namun, satu per satu manusia yang singgah mulai melangkah pergi. Aku dilupakan, ditinggalkan, dan kesepian. Aku t
"Kemarilah, lelaki perindu wanita! Kau dan aku adalah pendosa tiada tara." Sanumerta luluh. Kebutuhan jasad menuntut penuntasan. Merampok bukan pekerj
Aku hanya alat untuk melampiaskan kekesalan.
Kau hanya pasrah saat satu persatu tubuhmu terenggut jari keriput milik Dhian."Gusti, bocah ini main kemana sih?" gerutu perempuan bergamis ungu tanpa
Namaku Ganthari, terlahir sebagai perempuan desa dengan beribu aturan. Namun, bukan berarti aku harus menyerah, dan pasrah melihat anjing anjing
Aku berdiri, memandang gelombang manusia. Tak mampu, keangkuhanku dipaksa tundukkan wajah.Luluh lantak segala kepongahan. Mengakui kelemahan. Aku baga
Sanumerta bangkit. Ia mengulang lagi. Perbuatan yang dilakukan dalam bungkus pakaian yang lama."Darahmu adalah tebusanku untuk kesucian, Pendosa!" San
Mereka adalah budak. Kapan saja aku inginkan, aku datangi mereka. Aku tiduri meski mereka telah menjadi istri," sahut Sanumerta, "Tapi aku tak lagi pe
Rumpun bambu yang tumbuh di seberang jalan depan rumahnya menjadi petunjuk bagi orang yang mencarinya. Ia tinggal di sebuah rumah berdinding batu.Ia &
Adalah aku,perempuan sepi Tertikam tajam hukum tanpa mata Sendiri menangis nir airmata Ratapi nasib berkalang nista Bukan tanganku