Kertas, Pena, dan JiwaKertas putih, saksi bisu segala rasa,Kau menampung tinta hitam, kelam nestapa.Pena bergores, mengurai kisah pilu,Hati tercurah,
memori kelam di akhir november bersama lonceng gereja di menara kencang bunyinya. kita memagut kebisuan lewat pengakuan kanonik
Esok, ketika fajar datang,dengan cahaya baru ia kan memantang,menghapus sepi dan
Di bawah langit yang kelam, bulan tersenyum redup, Bintang-bintang berkelip, merajut kisah sepi,
Bukan bahagia di atas derita, hanya pencerita yang mendengar jerit, tak bersuara.
Semoga esok kan datang cahaya baru, membawa rehat yang selama ini kuinginkan
Saat aku kembali, tanda kurung buka dan titik dua telah aku lakukan
Trauma ini terus menghantuikuAku seakan di bawa kembaliMenikmati masa suram di masa laluDengan emosi berapi di tingkat berbeda
Apa yang melupakanku akan diriku? Apa yang membuatku geram akan dirimu?
Malam ini ku terlelap, tak kurasakan lagi segala duka resah melanda. Namun ketika terusik dalam mimpi, ku terbangun dan bertemu keresahan kembali
Nyanyian hati seorang kekasih yang ditinggal pergi
Dalam senyap malam yang kelam, Bintang gemintang redup temaram,
Sepi dan sunyi, mencekam dalam kesendirian. Ku coba melerai rasa namun tak kuasa bertahan
Liburan Kesini aja Pemandangan yang indah sehingga banyak pengunjung yang menikmati alam bukit kelam
Dalam sunyi malam aku terjaga,Merenungi tiap luka yang meraja,Menghitung satu demi satu kerikil tajam menggores telapak kaki.
Semua suram telah berganti penuh harapanDalam kepastian atas perjuanganDi tengah perjalanan
Sumber gambar : pexels.com/ andrew-beatsonDi bawah langit malam yang kelam Aku menyendiri merenung jauh Mencari arti hidup yang selalu abu-abu Dan ras
Merdeka dalam KelamKarya : Sim Chung WeiLepas dari belengguberjalan dengan leluasatanpa ada rasa terganggumenghadapi hari bebas leluasa
kisah seorang yang memiliki masa suram yang penuh kelam saat yang tak mampu terungkap terang Linangan air mata terlintas jelas di wajah berharap indah